Kamis, 28 Januari 2010

Kritikan Hendaknya Untuk Instropeksi

Siang tadi tepatnya 100 hari pemerintahan SBY-Boediono terjadi demo besar-besaran hampir di seluruh kota di Indonesia. Namun Alhamdulillah rasa yang telah saya khawatirkan ini tidak terulang kembali yaitu demo akbar yang ricuh saat reformasi untuk menurunkan bapak pembangunan kita yaitu Alm. presiden Soeharto. Dari sini dapat di ambil suatu konklusi bahwasanya SDM para pendemo semakin meningkat, sikap untuk berlaku anarkis juga dapat terkikis perlahan-lahan, pendemo juga lebih mature dalam menyikapi suatu masalah (ini merupakan poin plus buat para pendemo khususnya kalangan mahasiswa, karena demo didominasi oleh kaum akademis tersebut).
Demo agung tersebut terang saja dilakukan demi menunjukan rasa respect-nya terhadap masyarakat kalangan menengah kebawah dan masyarakat yang merasa terdzolimi serta untuk mengkritisi program kerja dari pemerintah selama 100 hari yang dinilai gagal oleh sebagian masyarakat Indonesia. Sebagai seseorang yang menduduki kursi pemerintahan terang saja hal tersebut menjadi kritikan pedas yang wajib hukumnya untuk diperhatikan.
Berdasarkan pengamatan bodoh saya, masyarakat hanya menginginkan agar janji-janji yang telah disampaikan terdahulu agar dapat terealisasi dengan sesungguhnya, mulai dari pengentasan kemiskinan dan pengangguran, pendidikan dan pengobatan gratis bagi masyarakat yang kurang mampu serta harga sembako yang lebih terjangkau bagi masyarakat menengah kebawah supaya dapat tersebar dengan merata. Inilah yang seharusnya lebih diprioritaskan bagi pemerintah.
Begitu juga dengan iklim politik yang memanas akhir-akhir ini, saya menilai kesungguhan pemerintah dalam menuntaskan masalah politik yang terjadi di nusantara ini hanya berjalan setengah-setengah (tidak ada totalitas dalam menangani hal tersebut). Kesemuanya itu tentu dapat diterawang, dari mulai masalah KPK, kriminalisasi/mafia hukum, pemberantasan korupsi yang tebang pilih, supremasi hukum yang sangat rapuh serta penggelapan uang Bank Century yang entah raib dimakan oleh raksasa jahat mana (kredibilitas tim 8 yang telah dibentuk oleh pak SBY teruji disini, hanya publik yang dapat menilainya).
Dari beberapa kasus tersebut dan akbarnya demo yang terjadi, hendaknya pemerintah lebih banyak mawas diri dan memperbanyak introspeksi diri guna membangun pemerintahan yang lebih baik (laiknya mazhab blog saya :"Menjadi Lebih Baik", he he he.....), dibutuhkan juga kerja keras dan totalitas dalam menangani semua problematika yang terjadi di tanah ibu pertiwi ini, bukan malah ber-su'udzon macam-macam dengan kalangan tertentu atau musuh politiknya terdahulu, sampai-sampai terlontar kata " Pemakzulan " segala. Kalau lebih jauh saya hendak mengatakan akan lebih baik jika pemerintah untuk membeli cermin yang besar dan digunakan sebagai mana mestinya, karena tidak ada asap kalau tidak ada api.
Sebagai warga negara yang menghuni tanah ibu pertiwi ini saya akan terus men-support pemerintah guna me-recovery strukturisasi serta iklim politik yang tengah memanas ini, karena tidak ada kata terlambat untuk selalu be better. Dan sebagai seorang akademisi saya juga akan mendukung mahasiswa serta masyarakat umum guna selalu mengontrol serta mangawasi jalannya pemerintahan demi tercapainya pemerintahan yang lebih solid.
Saya percaya kalian maka dari itu jangan sampai kalian mengecewakan apalagi mengkhianati kami, yang hak katakan hak dan yang bathil katakan juga bathil, tunjukkan pada dunia bahwa sebenarnya kita mampu, gitu aja kok repot...????

Rabu, 27 Januari 2010

Tiap Orang Harus ber-Etika

Sebagai manusia yang numpang hidup kurang lebih 24 tahun di salah satu belahan bumi Allah, yaitu di tanah jawa, sedikit banyak saya telah memahami karakteristik orang jawa pada khususnya dan orang Indonesia pada umumnya. Pada awalnya tak sedikitpun saya meragukan bahwa masyarakat kita yang tergolong masyarakat heterogen dan terdiri dari beragam suku dan budaya itu sangat memegang teguh budaya ke timuran, tenggang rasa dan tepo seliro. Indonesia yang notabene masyarakatnya sangat religius dan terkenal dengan sikap sopan santunnya, sekarang tak lagi seperti itu (setidaknya berdasarkan kaca mata bodoh saya).
Di tanah saentero ini lebih dari 10.000 mahasiswa di wisuda guna mendapatkan gelar sarjana tiap tahunnya, tiap bulan selalu ada pengukuhan guru besar, tiap hari terlahir entrepreneur baru, tiap jam banyak orang mendapatkan proyek yang menggiurkan guna mendapatkan profit yang banyak, namun apakah diantara mereka semua selalu memiliki dan mengaplikasikan etika??? ( saya rasa hanya 50% nya atau mungkin kurang).
Etika merupakan pondasi yang sangat fundamental yang diperlukan bagi setiap lapisan masyarakat baik tua muda, kaya miskin, besar kecil, pria wanita, pejabat dan tukang becak ataupun anggota parlemen dan sopir angkot. Etika menjadikan hidup orang lebih terkontrol, seimbang dan selaras. Dengan etika orang akan lebih bisa mengendalikan emosi dan setidaknya bisa memiliki rasa malu.
Sekarang coba kita lihat berita-berita yang terdapat di berbagai media, baik cetak ataupun elektronik akhir-akhir ini, mulai dari sikap sombongnya sang pengusaha kaya Syekh Puji, perampokan besar-besaran di Bank Century (yang beritanya sangat membosankan), Pembobolan uang nasabah bank via atm hingga aksi anarkisnya Bonek (sporter Persebaya Surabaya). Apa yang sebenarnya mereka cari??? Eksistensi?? Ketenaran?? Uang?? ya itulah memang jawabannya, sikap bodohnya tersebutlah yang telah merugikan banyak pihak dan bahkan negara. Namun jika etika yang sebenarnya mereka miliki (atau tidak punya ya?? he he he...) lalu diaplikasikan dalam setiap lini kehidupannya, saya yakin perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia akan lebih stabil, baik dari segi perekonomian, stabilitas pemerintahan ataupun keamanan negara.
Sebagai warga negara yang gemar meng-update postingan di blog seperti ini (garing ya?? he he he...) besar harapan saya agar etika selalu ditanamkan dalam setiap lingkungan, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah ataupun di lingkungan kantor atau mungkin akan lebih baik jika "etika" dijadikan mata pelajaran/mata kuliah wajib 6 sks dalam dunia akademis yang tentunya harus berbeda dengan mata kuliah kewiraan yang hanya menghafal undang-undang dan GBHN saja, bagaimana??? Namun benar adanya jika semuanya balik pada diri kita masing-masing, apakah berkenan untuk mengimplementasikannya atau tidak????

Selasa, 19 Januari 2010

Kejenuhan Yang Tengah Menderaku

Selesainya mata kuliah yang telah saya tempuh (tinggal tesis) membuat aktivitas saya berkurang satu yang berdampak pada kepenatan dan kebosanan yang secara perlahan namun pasti merasuk dalam jiwa ini. Memang kegiatan yang saya miliki saat ini cukup variatif, nyicil bikin proposal tesis, menjalankan bisnis kecil-kecilan, berolah raga dan menulis postingan yang menurut saya sangat garing ini, he he he....namun tidak tau kenapa akhir-akhir ini saya merasakan kebosanan yang mendera begitu dahsyatnya dalam diri ini, nonon tv acaranya juga paling sinetron yang tak mendidik, berita tentang rapat pansus yang tak kunjung usai sama hebohnya berita infotainment yang selalu mendramatisasi keadaan, mulai dari perceraian antara Anang Krisdayanti, Tertangkapnya kembali Sheilla marcilla hingga pacar barunya Nasyila mirdad yang seolah memaksa seluruh masyarakat Indonesia untuk memikirkan tentang permasalahan mereka semua (mbosenin kan?? tapi hafal banget yah, he he he....).
Tak tau kenapa hati ini juga terasa kering, saya sering merasa sendiri walaupun dalam keramaian, semangat dalam diri juga perlahan-lahan mulai terkikis, apalagi semangat untuk menyelesaikan tesis tak tau entah hilang kemana semangat saya yang dulu sangat membara itu. Diri ini sungguh butuh oase yang senantiasa menyegarkan jiwa dan hati. Sayapun menyadari kalau saya ini tergolong orang yang sangat tidak suka dengan stagnasi, kehidupan yang statis dan monoton. Berbagai upayapun telah saya lakukan guna mengembalikan semangat yang dulu meledak-ledak, mulai dari baca buku, memperbanyak ibadah kepadaNya dan lain sebagainya. Namun upaya yang telah saya lakukan hingga meneteskan air keringat tersebut tak berarti sama sekali dan tak ada perubahan yang saya rasakan.Hingga suatu malam setelah laporan kepadaNya, ada sedikit pikiran yang terlintas di benak saya dan saya menyadarinya bahwa sebenarnya diri ini sedang membutuhkan seseorang yang asik dan enak diajak diskusi. Memang sudah lebih dari satu bulan saya tak pernah ber discuss dengan orang yang saya anggap sangat berkompeten di bidangnya. Hati dan jiwa ternyata telah dilanda kerinduan hingga stadium 4 untuk menerima wejangan, nasihat, petuah atau advise dari seseorang yang saya anggap berkualitas untuk diajak sharing (mulai dari masalah personality, entrepreneur, IT hingga masalah spiritualitas) dan memberi secercah cahaya dalam hati ini hingga api yang ada dalam diri ini bisa membara lagi dan tak redup diterpa angin.
Untuk saat ini saya hanya bisa berharap agar dapat dengan mudah dipertemukan dengan orang-orang tersebut, hingga kejenuhan dan kebosanan yang mendera saya ini perlahan-lahan akan terkikis oleh kata-katanya, karena saya yakin orang-orang tersebut juga memiliki kesibukan demi menegakkan ajaran dan agamaMu.

Jumat, 15 Januari 2010

Tanggalkan Topengmu

Kamis kemarin saat saya jalan-jalan bersama rekan kuliah saya yang kebetulan beliau adalah salah satu pengajar atau bisa disebut dosen di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di kota lumpia untuk hunting buku penunjang kuliah, rasa lapar tiba-tiba mendera kami berdua, akhirnya sayapun mengajukan pilihan tuk mengisi perut yang sudah bedendang ini di sebuah warung angkringan yang terdekat, namun dengan maksud menolak pilihan saya, rekan saya tersebutpun mengatakan " Bagaimana kalau kita makan di cafe saja, ntar saya yang traktir...." saya sih fine-fine saja apalagi ditraktir lagi, he he he...., akhirnya kamipun menuju sebuah cafe yang berjarak sekitar 3 km dari tempat kami hunting buku walaupun dengan menahan rasa lapar yang sudah tak karuan. Sayapun sempat heran kenapa rekan saya tersebut lebih memilih sebuah cafe yang jaraknya lebih jauh dibanding warung angkringan. Dengan rasa curious yang tinggi akhirnya sayapun menanyakan hal tersebut ke rekan saya yang ternyata alasannya adalah hanya masalah prestise atau jaga image. Sungguh kuno dan naif bagi saya.....
Pada dasarnya kita inikan hanyalah manusia biasa. Segala jabatan, kekayaan, kesuksesan itu cuma tempelan, aksesoris, topeng atau casing saja (kata Tukul). Tapi rata-rata orang terlalu merasa bangga dan terlena dengan topeng-topeng seperti itu sehingga jadi takut tuk menunjukkan wajah aslinya. Diri yang sebenarnya.
Kebanyakan mereka takut jika ada orang yang bertanya, misalnya : lho Pak, omzet bisnisnya sudah milyaran kok masih naik motor? Pak anda sudah jadi dosen teladan dengan golongan 4A kok masih makan di warung angkringan saja? Bapak kan sudah jadi manager marketing di perusahaan Microsoft Corp. kok masih jalan-jalan di tempat orang jual buku bekas??? dan lain sebagainya.
Jika berbicara masalah image : saya sudah menganggap hal tersebut adalah sesuatu yang tabu dan absurd. Terlihat seolah sukses, seolah kaya, seolah cerdas : its not too important. Pada dasarnya dalam diri setiap manusia selalu ada ketidaksempurnaan. Jadi tak ada gunanya jika hendak membungkus kenyataan dalam kehidupan kalau hanya sebagai simbol dari kesuksesan.
Apakah seorang direktur tak pantas naik bis kota atau jalan kaki di trotoar?? Apakah seorang dosen tak boleh nongrong-nongkrong di warung kopi?? Apakah orang yang dianggap sukses tak boleh tampil lugu (lucu dan wagu) ?? Apakah seorang mahasiswa pasca sarjana tak boleh pake sarung saat jalan-jalan tuk cari makan malam?? Atau apakah seorang blogger seperti saya tak boleh menulis tulisan yang kurang bermutu kaya gini??
Kita terlalu lama pake topeng yang membuat gerak langkah kita merasa terbatas dan jiwa kita justru tersaing. Jadi diri sendiri adalah opsi yang sangat tepat. Jado diri sendiri lebih nikmat, lebih murah dan lebih menyenangkan. Try it if u dont believe it...

Kamis, 14 Januari 2010

Stagnasi Dalam Rapat Pansus

Menonton televisi yang kerap sekali menayangkan rapat pansus hak angket Century, membuat saya akhirnya menuliskan postingan yang mungkin isinya garing ini, bagi saya penegakan judgement bagi siapapun adalah sesuatu hal yang sangat penting (walaupun ada sang Maha Adil), membuat yang yaqin dan yang bathil terkuak juga sesuatu hal yang tidak bisa diremehkan (walaupun ada sang Maha Tahu), begitupun dengan membuat segalanya lebih transparan khususnya untuk urusan keuangan negara (biar ga ada rasa su'udzon antara masyarakat dengan para petinggi negara atau bahkan penyelewengan/penyunatan uang negara). Namun dari sudut pandang saya sendiri, urusan negara mengenai rapat tentang penggelapan dana atau perampokan yang terjadi di BI terkait dengan pengucuran dana bank Century kelihatan naif jika selalu ditayangkan secara live lebih dari 2 jam di beberapa stasiun televisi, bahkan hempir setiap berita yang ada di televisi selalu menggambarkan situasi yang terjadi dalam rapat tersebut dalam durasi lebih dari 10 menit.
Bagi saya sendiri dan mungkin masyarakat lain sudah merasa jenuh melihat tontonan yang stagnan dan itu-itu saja tanpa adanya perkembangan yang begitu signifikan. Terus terang saya tidak mendapatkan profit dari tontonan monoton tersebut (baik berupa pengalaman, pengetahuan atau bahkan duit, he he he...).
Memang sah-sah saja dan telah menjadi keharusan media untuk memberi berita dengan kualitas baik bagi masyarakat Indonesia tentang ketransparanan negara. Namun tidak serta merta acara tersebut ditayangkan dengan durasi yang lama tanpa memberi manfaat yang jelas bagi penontonnya, bagi saya durasi acara tersebut haruslah dikurangi dengan intensitas penayangan sewajarnya. Karena pada dasarnya saya sendiri dan bahkan masyarakat Indonesia pada umumnya akan lebih interest dengan acara televisi yang menambah banyak knowledge, experience atau acara yang dapat memunculkan fresh idea yang dapat menumbuhkan kreativitas bagi para penontonnya. Mungkin masyarakat dan saya sendiri butuh acara-acara seperti itu guna menunjang serta memberi inspirasi untuk mengaplikasikan segala hal tentang knowledge dan expertise yang telah dimiliki. Masyarakat ga cuma butuh berita tentang penayangan rapat yang membahas tentang keuangan negara yang entah raib di rampok siapa namun masyarakat justru membutuhkan penayangan yang lebih berkualitas dibanding dengan rapat pansus Bank Century, (mudah-mudahan aja ga garing, he he he......).

Rabu, 13 Januari 2010

Gusti Allah Memang Maha Adil

Saat seminggu lalu pulang kampung untuk mengontrol usaha saya yang tengah berjalan, saya sempatkan diri untuk nongkong di warung kopi langganan saya, sambil melepas rasa kangen saya sama kopi hitamnya yang kental dan gorengannya yang masih panas merekah juga untuk ngobrol-ngobrol sama orang-orang yang biasa nongkrong di warung itu. Setibanya disana warung masih kelihatan sepi karena saat itu jam tangan saya baru menunjukkan pukul 07.00 WIB, ga pakai basa basi sayapun langsung memesan 1 gelas kopi panas sambil menikmati mendoan (tempe goreng tepung yang digoreng setengah matang).
Tak lama kemudian ada orang dengan wajah lesu dengan sebatang rokok yang masih dinikmatinya masuk ke warung tersebut, kemudian dengan nada yang kurang besemangat dia pun langsung memesan 1 gelas kopi, baru berselang sekitar 5 menit ada seorang lagi dengan wajah yang ceria masuk ke warung tersebut dan memesan 1 gelas teh hangat.
Tak lebih dari 10 menit kami pun langsung bertegur sapa untuk memulai sebuah obrolan dan akhirnya obrolan kami pun mulai mengalir, orang dengan wajah lesu tersebut ternyata adalah seorang sopir truk dump (truk yang di fasilitasi dengan pompa hidrolik, biasanya untuk mengangkut bahan bangunan, seperti pasir dan batu), yang ternyata punya masalah dengan setorannya, " ya lagi musim hujan begini mana ada orang yang butuh pasir atau batu mas,,,, jadi tarikan lagi sepi mas..." begitulah kira-kira keluhan dari sopir truk dump tersebut, namun dia juga mengatakan " kalau saat-saat penghujan seperti ini yang omzetnya bagus ya sopir angkot mas, karena orang-orang juga males kalau tiap kali pake motor terus kehujanan, tapi mau gimana lagi emang kayaknya sudah diatur sama Gusti Allah kok ....", keluhan sopir tuck dump tersebut langsung disahut saja sama orang dengan wajah ceria dan sumringah yang ternyata dia itu adalah petani, "Emang mas semuanya itu sudah ada yang ngatur, Alhamdulillah saat ini rezeki ngalir ga cuma buat sopir angkot, tapi buat petani juga mas, kamipun saat ini sudah bisa tersenyum...". Dari beberapa obrolan tersebut, rasa kagum sayapun bangkit kembali sama sang Pemberi Rezeki, Subhanallah.... begitulah mungkin ucapan yang sudah sewajibnya diucapkan oleh seorang muslim, betapa hebatnya sang Maha Adil membagi rezekiNya ke setiap makhlukNya tanpa pandang bulu hanya dengan melakukan perubahan musim, pada musim kemarau sang sopir truk dump bisa mengais rezeki sebanyak-banyaknya hingga kebanyakan order, namun hal tersebut tak berlaku untuk sopir angkot, demikian pula saat musim kemarau, petani bisa dengan sumringahnya menebarkan senyuman pedagang durian sama rambutan juga tentunya, tapi apakah hal tersebut juga berlaku untuk para nelayan??? tidak tentunya.
Ini memang telah diatur sedemikian rupa oleh sang Maha Pengatur Kehidupan, ada saat-saat tertentu untuk mengejar rezeki dunia, namun ada pula waktu-waktu tertentu yang mungkin sebenarnya harus di gunakan untuk ber taqarrub terhadapNya guna mengejar rezeki di akhirat kelak, namun kadang kita telah dibuat lalai oleh kepentingan dunia yang hanya bersifat semu belaka, "Lha wong sebenarnya dunia ini adalah milik Gusti Allah kok, jadi yang berhak ngatur ya Dia dong, kita kan wajibnya cuma ikhtiar dan berdo'a aja....." lanjut pembicaraan saya menanggapi obrolan kami bertiga.

Senin, 11 Januari 2010

Dibalik Kemewahan Yang Terdapat Dalam LP

Senin siang saat melihat tayangan televisi, rata-rata stasiun televisi pada acara berita menayangkan kemewahan yang telah didapatkan para LP kelas kakap di LP Rutan Bambu, Jakarta Timur. Betapa tidak, para penjahat besar yang bisa dibilang bajingan kelas gajah yang nyata-nyata telah melakukan kesalahan itu telah diperbolehkan untuk memiliki berbagai macam fasilitas oleh kepala LP tersebut. Ditayangkan dalam berita tersebut, bahwa beberapa ruangan (penjara) terdapat fasilitas seperti : Spring Bed, AC, Kulkas, Komputer, Tempat Bermain anak-anak, Tempat Karaoke, Tempat untuk Facial bahkan penghuni rutan juga boleh memiliki pembantu, yang kemungkinan besar si penghuni rutan tersebut juga membayar upeti tiap bulannya kepada kepala rutan (JP: Jatah Preman).
Ironis memang, tak ada bedanya seekor tikus yang disuruh tinggal dikandang singa dengan fasilitas yang telah dimiliki seekor singa. Saat melihat tayangan tersebut, terus terang geram rasanya melihat fasilitas-fasilitas yang telah didapatkan oleh bajingan kelas gajah tersebut, sudah jelas dan terang serta gamblang bahwa penghuni rutan tersebut salah, kok saat dipenjara fasilitas yang didapatkan tak ada bedanya seperti di hotel bintang 4. Lalu dimana fungsi penjara??? yang bisa membuat penghuninya kapok, tobat ataupun jera untuk melakukan kesalahan yang serupa.
"Berarti kalau mau jadi bajingan jangan tanggung-tanggung ya, bikin iri bajingan kelas teri aja deh,,,,,," begitulah memang yang terlintas dalam pikiran saya saat melihat tayangan berita tersebut, sudah senang dapat kepuasan, dapat uang banya, telah melakukan perbuatan yang merugikan banyak pihak, telah melakukan dosa toh kalau jadi terdakwa dan dipenjara juga dapat fasilitas mewah. Dari pada para pencuri ayam dan pencuri jemuran yang sama-sama melakukan dosa, sudah dihakimi masa, dapat uang sedikit, di penjara dengan fasilitas layaknya gembel, dipukuli lagi sama penjaga lapas dan seniornya. Bikin iri aja ya.... namun itulah memang kondisi di Nusantara tercinta yang semakin rapuh dalam penegakkan hukumnya.......
Namun terus terang bagi saya dan mungkin bagi para pembaca semuanya, berita mengenai kemewahan yang ada dalam LP bukanlah sesuatu hal yang baru, disini saya justru curiga kalau penayangan berita tersebut yang ditayangkan secara intens di berbagai media terdapat unsur politis, coba kita lihat dan perhatikan iklim politik di negara ini, dari mulai skandal Bank Century yang beritanya mulai berangsur sirna dilahap oleh penayangan berita Cicak Buaya yang terus menerus ada di berbagai media, Cicak Buaya pun sekarang sudah mulai sirna dan kalah tenar dibanding dengan Gurita Cikeas, lalu Kemewahan LP??? biar masing-masing dari kita menginterpretasikannya sendiri-sendiri. Semoga Gusti Allah senantiasa memberikan kasih sayangNya serta keberkahanNya bagi Indonesia yang semakin rapuh ini, amiin....

Jumat, 01 Januari 2010

Dalam Kemeriahan Pesta Malam Tahun Baru

Di samping menjalankan aktivitasku seperti biasa, 1 hari yang lalu aku benar-benar tidak habis pikir, begitu hebohnya orang-orang membuat planning untuk merayakan malam tahun baru 2010, dari yang kecil sampai besar, tua ataupun muda, laki-laki maupun perempuan menyibukkan diri guna untuk menyambut tahun baru tersebut. Aku sangat yakin kalau kehobohan ini juga merebak diseluruh kota-kota di Indonesia. Rata-rata dari mereka menginginkan agar dalam menyambut tahun baru ini haruslah semeriah dan sebombastis mungkin, ada yang memiliki planning nonton konser, camping, dugem, pesta miras, nongkrong-nongkrong atau hanya sekedar makan-makan saja. Mereka sepakat dengan acara yang telah di schedulekan jauh-jauh hari, baik dengan teman, keluarga ataupun dengan pacar. Memang begitulah euphoria yang terjadi di nusantara tercinta ini untuk menyambut tahun baru hingga berbagai acara televisi bahkan beritapun menayangkan kemeriahan saat akan menjelang tahun baru seolah media tersebut mengajak dan menghipnotis semua lapisan masyarakat agar ikut berpesta dalam menyambut tahun baru.
Sementara aku yang tak memiliki planning apapun, aku anggap malam tahun baru laiknya malam-malam lainnya, tak ada yang spesial dari malam tahun baru ini, malah justru dimalam tersebutlah seharusnya setiap orang senantiasa untuk mengkoreksi diri tentang apa-apa yang telah dilakukan dan membuat planning guna memperbaiki hidup. Terlalu singkat memang untuk melakukan proses rekonstruksi dan introspeksi jika hanya dilakukan selama satu malam dalam jangka waktu setahun. Namun seperti itulah sebenarnya makna yang substansial dalam merayakan malam tahun baru.
Di tengah hiruk pikuk orang-orang yang berlalu lalang dan kemeriahan bunyi terompet serta kembang api semalam kira-kira pukul 22.00 WIB akupun telah bersiap di peraduan untuk mengistarahatkan jiwa, raga dan pikiran. Namun sesaat sebelum tidur ada yang melintas dalam benak dan pikiranku, betapa bangsa ini telah benar-benar diracuni oleh kultur barat, yang sangat senang dengan kehidupan hedonis, foya-foya ataupun berpesta, dari mulai pesta malam tahun baru, ulang tahun, valentine bahkan hellowen. Jika kita menoleh kebelakang, sebenarnya tidak ada satupun nenek moyang kita yang pernah melakukan tradisi atau bahkan bisa disebut ritual (mungkin) yang semacam itu, bersenang-senang di atas kesedihan korban gempa padang dan banjir, berpesta diatas kecarut marutan iklim politik di Indonesia, tertawa terbahak-bahak saat masih banyak orang yang menangis karena kelaparan, bahkan berfoya-foya saat Indonesia tengah berkabung karena tokoh religius sekaligus mantan Presiden kita Gus Dur telah dipanggil-Nya.
Sungguh ironis memang, namun inilah masyarakat kita yang notabene dikenal sangat memegang teguh adat ketimuran serta dikenal sebagai masyarakat yang religius. Iba memang rasanya melihat kondisi bangsa yang sebenarnya makin terpuruk, ingin rasanya bisa mengubah semuanya, namun apa daya, ngurus diri sendiri saja masih belum bener, malah mimpi jadi pahlawan dan menyelamatkan bangsa??? ha ha ha.....walau demikian sebelum tidur aku sempatkan untuk berdo'a semoga Allah SWT senantiasa melindungi bangsa ini yang telah terdistorsi oleh kultur barat dan telah terlenakan, amiin....
Selamat Tahun Baru 2010 semoga menjadi lebih baik......