Sabtu, 20 Maret 2010

Isu Teror Murahan

Keterkaitan antara isu teroris di Aceh dan meninggalnya gembong teroris (mungkin) " Dulmatin " di Pamulang yang notabene tengah menjadi DPO pemerintah AS menurut penulis sangat irasional dan tidak logis. Kenapa tidak, masyarakat Aceh yang konon mayoritas beragama Islam selama ini tidak pernah mempermasalahkan adanya diferensiasi keyakinan yang dianut oleh setiap individu, kata " teroris " pun janggal saat isu teroris mencuat dengan lokasi di wilayah NAD. Seakan dicap sebagai isu murahan dan rekayasa dari oknum tertentu, markas teroris yang notabene telah ada sejak tahun 2005 di Serambi Makkah itu ternyata baru tahun 2010 diketahuinya dan dari isu itu pula seolah ada upaya untuk memecah belah persatuan warga Aceh yang tengah merintis dan memupuk perdamaian bersama (pasca aksi GAM).
Bersamaan dengan hal tersebut, isu yang terkesan dipaksakan itu muncul saat antiklimaks kasus skandal Bank Century yang telah di Paripurnakan dan hanya menghasilkan keputusan melalui voting 'Opsi C' (bahwa bailout Century bermasalah). Penulis sangat yakin bahwa dibalik semua itu terdapat rekayasa besar yang keji yang telah disiapkan sebaik dan serapi mungkin guna ajang pembodohan publik dan sedikit trik kuno guna melakukan pengalihan perhatian masyarakat. Isu tersebut juga muncul menjelang kedatangan Obama ke Indonesia (yang pada akhirnya ditunda kedatangannya). Dengan isu tersebutlah jelas bahwa pemerintah tengah cari muka mengenai komitmennya dalam pemberantasan kasus teroris. Selain itu kontra terosrisme juga merupakan 100 hari program kerja pemerintahan SBY, dengan program 100 hari tersebutlah diharapkan bisa untuk dirumuskan 'blue print' penanganan terorisme yang dalam pelaksanaannya tentu lebih dari 100 hari.
Disini penulis hanya ingin sedikit ber-statement bahwa kemungkinan besar, terorisme hanyalah isu yang dijadikan proyek global AS setelah peledakan WTC, bagi AS isu terorisme di Indonesia terbukti mampu menciptakan keterbelahan umat Islam ini terbukti dengan adanya islam moderat, radikal, liberal, fundamentalis dan lain sebagainya yang akan memudahkan mereka dalam menyebarkan ajaran sekularisme dan liberalisme.
Isu tersebutpun sarat dengan unsur politis, dengan adanya isu tersebut pula maka dapat dijadikan alasan oleh pemerintah Indonesia dalam menjalin kerja sama militer kembali dengan AS yang nyata-nyata sangat merugikan Indonesia sendiri karena memiliki beragam SDA yang melimpah serta geopolitik yang strategis. Sebagai WNI terang saja kita semua haruslah lebih mengedepankan logika dan cara berfikir yang rasional dalam mengamati dan menanggapi iklim politik yang terjadi di Nusantara ini, semoga kedepannya bisa lebih baik, amiin.

Senin, 15 Maret 2010

Jangan Takut Untuk Jadi Orang Kaya

Apakah anda ingin sukses??? Apakah anda ingin jadi orang kaya??? mungkin tidak ada manusia normal di dunia ini yang akan menjawab "mungkin atau tidak" untuk pertanyaan pertama, namun tentunya ada beberapa orang yang akan menjawab "mungkin atau tidak" untuk pertanyaan kedua. Mereka yang memilih jawaban "mungkin atau tidak" untuk pertanyaan nomor dua memiliki alasan yang cukup realistis, yaitu dikarenakan takut tidak dapat menjalankan amanah dalam menghadapi ujian dariNya dikarenakan diberikan kekayaan (harta) yang melimpah.
Kesuksesan memang dambaan bagi setiap manusia, baik itu kesuksesan dunia maupun akhirat. Namun menurut penulis, untuk menuju kesuksesan dunia dan kesuksesan akhirat yang kekal dan abadi dibutuhkan pondasi berupa kekayaan yang seharusnya dimiliki oleh setiap manusia, kekayaan disini menurut saya tidak hanya kaya dalam arti harta, tetapi cakupannya lebih luas lagi, yakni : kaya semangat, kaya input (ilmu dan pengalaman), kaya gagasan (ide, kreasi dan inovasi), kaya amal dan kaya ibadah.
Jika ditelaah lebih dalam, sebenarnya ketika seseorang telah kaya dengan semangat, inputan, gagasan, amal dan ibadah dengan sendirinya kekayaan berupa hartapun dapat dengan mudah untuk didapatkan dan insya Allah akan mendapatkan keberkahan dari-Nya.
Fitrahnya, setiap manusia tidak terlahir untuk menjadi miskin, setiap orang berhak untuk menjadi kaya dan sebenarnya suatu kewajiban dariNya bahwa setiap orang untuk bisa memiliki kekayaan yang melimpah ruah yang tentunya agar berguna bagi dirinya, keluarganya, teman dan sahabatnya serta agamaNya. Semua yang ada dibumi ini sesungguhnya diciptakan untuk dapat di eksploitasi oleh manusia untuk bisa mendatangkan rezeki dengan cara yang benar dan diridhoi-Nya.
Bahkan setiap insan telah mendapatkan porsi dengan baik rezeki (berupa harta) yang diberikanNya guna dapat melangsungkan hidup yang tentunya dapat diridhoi olehNya. Rezeki itu sebenarnya tidak perlu untuk dicari namun dijemput, karena memang sesungguhnya setiap manusia telah mendapatkan jatah rezeki sendiri-sendiri secara proporsional, hanya saja terkadang manusia tidak terlalu pintar dalam menjemput rezeki tersebut. Seekor cicak yang tak diberi sayap pun dapat menjemput rezeki dengan kesabarnya berupa serangga yang dapat terbang bebas, lalu bagaimana dengan kita??? Untuk mendapatkan kekayaan (berupa harta) dibutuhkan kekayaan lain yang dapat menunjang dalam mendapatkannya secara halal, barokah dan berguna, yaitu kekayaan semangat, input, gagasan, amal dan ibadah. Dengan kekayaan tersebutlah sesungguhnya kekayaan (berupa harta) dapat diraih dengan mudah tanpa mengalami phobia yang berlebihan. Dengan pondasi yang kuat berupa iman dan takwa, kekayaan (harta) yang kita dapatkan tentunya akan berguna bagi sesama umat dan sesama manusia.
Bukankah Allah lebih mencintai manusia yang kuat dari pada yang lemah???

Minggu, 07 Maret 2010

Dahsyatnya Ridho dan Do'a dari Orang Tua

Kesuksesan dunia dan akhirat merupakan impian dan damban bagi setiap insan, namun sejatinya untuk menggapai hal tersebut bukanlah perkara gampang, segampang membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan totalitas dan konsistenitas yang intens, do'a yang selalu kita panjatkan kepadaNya serta restu, ridho, do'a dari kedua orang tua kita terutama ibu kita. Ya benar, restu ridho dan do'a dari orang tua kita terutama ibu kita sangat memberikan influence pada setiap langkah kita dalam menggapai kesuksesan.
Suatu ketika ada seorang pengusaha yang tengah merintis salah satu jenis usahanya yang secara logis akan memberikan profit yang banyak dengan beberapa analisa yang telah dilakukan, namun dalam prakteknya usaha yang tengah digelutinya itu ternyata tidak memberikan profit apapun dalam kurun waktu tertentu. Akhirnya dengan setengah putus asa, pengusaha itupun berusaha untuk tetap berdiri dan tetap istiqomah dijalanNya. Walau demikian usaha untuk tetap istiqomah kepadaNyapun tak memberikan efek apapun, hingga suatu ketika diapun ingat akan ibunya yang hampir-hampir terlupakan karena kesibukannya tersebut. Dengan penuh rasa penyesalan diapun langsung mengunjungi ibunya dan menceritakan semua problematika yang tengah dihadapinya, dia pun meminta ridho, restu dan do'a kepada ibunya tersebut hingga ibunya pun merestui dan mendo'akan setiap langkahnya sampai akhirnya diapun jadi pengusaha sukses.
Ya memang sungguh dahsyat restu, ridho dan do'a dari kedua orang tua kita, terutama ibu kita, hingga berdampak pada kesuksesan atau kegagalan dari usaha yang dijalankan, itu karena memang ridhonya Allah adalah ridhonya orang tua dan murkanya Allah juga murkanya kedua orang tua. Namun untuk mendapatkan ridho dan do'a dari kedua orang tua secara tulus dan ikhlas tentu sebagai anak haruslah senantiasa berbakti kepadanya, memberikan yang terbaik untuknya, memberikan kebanggan tersendiri untuknya dan senantiasa mendo'akannya. Di sini terjadi semacam simbiosis mutualisme, "anak mendo'akan orang tua dan orang tuapun mendo'akan anaknya".
Walaupun demikian setiap perilaku baik kita terhadap orang tua (terutama ibu) kita, tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan segala sesuatu yang telah diberikannya untuk kita. kenapa tidak,
* Saat berumur 1 tahun ibu menyuapi dan memandikan anaknya dan dibalas dengan suara tangisan sepanjang malam.....
* Saat berumur 2 tahun bunda mengajari berjalan dan dibalasnya dengan kabur saat bunda memanggil....
* Saat berumur 3 tahun bunda membuat masakan kesukaan anaknya dengan penuh cinta dan hanya dibalas dengan membuang piring berisi makanan ke lantai......
* Saat berumur 4 tahun ibu memberikan pensil dan spidol hingga balasannya dengan mencoret-coret dinding rumah dan kamar...
* Dan saat berumur 5 tahun ibu membelikan pakaian bagus dan mahal, sebagai balasannya si anak bermain di kubangan lumpur penuh kotoran....
Itu real adanya dan itu hanya saat kita berumur 1 sampai 5 tahun, lalu bagaimana saat kita masih berada diperutnya, menginjak remaja, dewasa dan bahkan beranjak tua????? tetap saja kita selalu merepotkan dan menyusahkannya??? Sungguh besar jasa-jasa yang telah diberikannya untuk kita hingga tidak dapat dibalas dengan apapun, walaupun saat ibu kita telah beranjak tua dan berpenyakit lalu dengan tulus dan ikhlas kita merawatnya, itupun belum cukup karena kadang kala kita melakukannya sembari menunggu kematiannya, sementara ibu kita merawat kita sembari mengharap kehidupan kita.
Namun demikian tetap berbuat baiklah kepada ibu dan bapak kita dengan berbakti kepadanya dan senantiasa mendo'akannya. Mintalah restu dan do'a darinya untuk setiap jejak langkah kita, karena "Barang siapa ingin dipanjangkan umurnya, dan ditambah rezekinya, maka hendaknya ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan menyambung tali persaudaraanya" (H.R. Ahmad).

Rabu, 03 Maret 2010

Jangan Biarkan Database Amal Baik Kita Terkurangi

Pada hakekatnya, segala amal perbuatan yang kita kerjakan di dunia ini semata-mata didedikasikan hanyalah untuk Sang Pencipta. Amal perbuatan yang telah kita kerjakan, buruk maupun baik, sedikit maupun banyak, besar maupun kecil kelak akan di pertanggungjawabkan di pengadilan milikNya dengan transparansi yang benar-benar real dan dengan justifikasi yang hakiki dan bersifat absolut.
Namun demikian tidak sedikit dari kita yang lebih mengedepankan emosi saat beramal baik dengan memamerkan segala jenis amal perbuatan yang telah dikerjakan. Disini pembinaan sifat ikhlas terhadap diri sendiri sangat diperlukan. Memang jika ditelaah lebih mendalam, secara aplikatif perbedaan ikhlas dan riya hanya sedikit, yang kesemuanya itu bermuara pada niat dari hati kita masing-masing.
Suatu ketika salah satu saudara saya yang menjadi panitia pembangunan masjid kedatangan tamu yakni salah seorang yang telah memberi shadaqohnya untuk pembangunan masjid, dia memprotes dan seolah tidak terima kepada saudara saya saat nama dia tidak disebutkan dalam pengumuman penerimaan shadaqoh pada ritual sholat jum'at, karena sebagai manusia biasa yang sering lalai dan luput dari beragam problematika yang ada, akhirnya saudara saya pun meminta maaf sebab saudara saya tersebut memang benar-benar lupa untuk menyebutkan nama salah seorang pemberi shadaqoh tersebut.
Saat mendengar cerita saudara saya tersebut, saya sungguh terheran-heran, apa sesungguhnya niat orang yang telah memberikan shadaqoh tersebut hingga tidak terima karena namanya tidak disebutkan dalam pengumuman yang telah disampaikan oleh panitia pembangunan masjid?? namun demikian sayapun berusaha untuk ber-khusnudzon terhadap orang tersebut, mungkin motif dia hanya untuk sekedar mengkroscek kebenaran yang terjadi atau mungkin dengan disebutkannya nama dia, maka akan memotivasi saudara, teman, kerabat atau sahabatnya untuk senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khoirat).
Pada dasarnya segala amal perbuatan baik jika diselingi dengan niatan yang tidak terpuji, seperti iri, riya, sombong dan takabbur kontan akan langsung mengurangi value yang telah didapatkan pada database amal baik kita saat kalkulasi yang dilakukan olehNya. Sebuah cerita mengisahkan bahwa ada seorang muslim yang gemar bersedekah, namun tiap kali bersedekah dia selalu riya atau pamer, kemudian ketika meninggal dunia dan di cek database amal perbuatan baiknya, hanya ada sedikit amal perbuatan baik yang tercatat, ini dikarenakan semasa hidup dia tidak pernah punya rasa ikhlas saat bersedekah, sungguh perjuangan dan pengorbanan yang sia-sia.
Amal perbuatan baik yang telah kita kerjakan sudah seharusnya kita ikhlaskan semata-mata hanyalah untukNya, adapun jika kita ingin menceritakan segala sesuatunya, itu semua tergantung dari niat kita pribadi masing-masing, apakah hanya untuk pamer??? ataukah untuk memotivasi???. Terkadang saya pribadi heran terhadap mereka yang selalu riya dan sombong ketika telah memberikan kontribusi guna memperjuangkan agama Allah, apa motif sesungguhnya? hanya sekedar mencari popularitas?? toh Gusti Allah niku mboten sare.....

Senin, 01 Maret 2010

Plus Minus Bisnis MLM

Suatu hari sepupu saya yang masih berumur 19 tahun datang menemui saya untuk sekedar ngajak share mengenai beberapa masalah yang tengah dihadapinya. Dia seorang laki-laki dan masih kuliah semester 1 di salah satu PTS di kota Tegal. Diapun mulai berbasa-basi dan akhirnya langsung ke masalah inti, yakni bisnis yang tengah dijalankannya, yaitu bisnis MLM.
Dari cara dia berbicara dengan penuh spirit yang membara dan selalu mengunggulkan produk-produk dan jasa-jasa yang ditawarkan oleh MLM serta menjelaskan mengenai contoh-contoh orang yang telah sukses bergabung dengan MLM tersebut, sayapun yakin ada sesuatu yang kurang beres yang sedang dialami oleh sepupu saya tersebut. Walau bagaimanapun ada impact positif yang dapat saya amati setelah sepupu saya tersebut bergabung dengan MLM.
Bisnis MLM merupakan salah satu pilihan bisnis yang memiliki peluang yang cukup bagus, namun dari pengamatan saya bisnis ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi sepupu saya, kenapa tidak, sepupu saya yang seolah telah terdoktrin oleh salah satu perusahaan MLM itu beranggapan bahwa hanya bisnis MLM saja yang akan dapat memberi peluang cerah bagi masa depannya tersebut, dengan pendoktrinan tersebut terang saja dia akan selalu mengabaikan berbagai peluang yang ada disampingnya, segala sesuatu juga dia sampaikan berdasarkan konsep kontekstual dengan tidak membandingkan secara teknis terhadap kehidupan nyata. Disini dapat diambil suatu konklusi bahwa ruang gerak dan perkembangan bisnis seolah terbatasi.
Secara pribadi saya kurang interest dengan bisnis ini, karena pikiran simpel saya mengatakan akan lebih baik dan lebih terasa profit yang didapatkan ketika kita me-marketkan produk milik sendiri (misalkan dengan menjalin kerja sama dengan perusahaan lain untuk menerima produk sendiri atau singkat katanya menjadi supplier salah satu perusahaan, mungkin....) dan sebagai seorang muslim saya juga kurang begitu sependapat (masih ragu) dengan bisnis MLM, karena dalam fiqh bisnis tersebut masih menuai berbagai kontroversi yang tak kunjung usai, mereka yang tidak sependapat dengan bisnis tersebut memiliki landasan hukum bahwa bisnis tersebut hanya menguntungkan salah satu pihak pada level atas dan hanya memeras keringat pihak yang masih berada di level bawah (cukup logis mengapa ada yang menganggapnya kharam....), demikian pula dengan mereka yang menghalalkan bisnis tersebut, pasti dasar hukumnya juga kuat.
Namun dari beragam hal tersebut diatas, bisnis MLM juga memberi imbas positif bagi pelakunya, pelaku bisnis MLM lebih memiliki mental yang kuat, jaringan/link juga dapat berkembang banyak dan yang jelas mereka semua juga lebih pintar dalam berpresentasi dan meyakinkan orang.
Akhirnya pada akhir diskusi kami, sayapun berpesan agar lebih mempertimbangkan dalam melakoni dan atau meneruskan bisnis tersebut, namun jika yakin dalam melakoni bisnis tersebut maka janganlah terlalu terpaku pada bisnis tersebut, sehingga peluang lain yang ada dapat dengan mudah untuk diraih.