Setelah semua berkas dan persyaratan diserahkan ke temen saya Jo, pada akhirnya kamipun langsung berpamitan dengan Jo dengan harapan agar Jo selalu menghubungiku atau ibuku by phone setiap kali ada perkembangan. Setibanya dikosku, tak lama kemudian ibu, um dan adikkupun berpamitan untuk kembali ke kampung halaman.
Di hari pertama aku menghubungi Jo, dan katanya temennya itu belum menghadap ke pembantu rektor di salah satu kampus di semarang itu guna melobi-nya, akhirnya 4 hari kemudian Jo menghubungiku dan menyampaikan berita kurang mengenakkan, bahwa temennya itu tidak bisa me-lobi pembantu rektor lagi dengan alasan kuotanya telah habis. Kontan aku langsung terkejut dan merasa sedih mendengarkan berita itu, tetapi seolah tak mau menyerah, aku pun meminta Jo agar bisa mencari opsi lain selain lewat temennya (agen) tersebut. Dan tak lama kemudian kurang lebih 2 jam Jo menghubungiku lagi, dia berkata kalau dia punya kenalan dengan orang yayasan, dan memintaku agar besok langsung menghubunginya untuk berbincang bincang di rumah orang yayasan tersebut, sebut saja namanya adalah Dr.dr.Ai, Sppd,MA. Akhirnya kabar tersebut segera saya sampaikan ke ibukum dan ibukupun langsung mengatakan agar aku langsung secepatnya bertindak. Esok harinya akupun langsung berkunjung ke rumah beliau, dan beliau mengatakan agar besok ibu dan calon mahasiswanya menghadap beliau di rumahnya pada pukul 08.00 WIB.
Akhirnya sepulangnya dari rumah Dr.dr.Ai, Sppd,MA tersebut dan setelah menyampaikan mengenai kondisi yang dialami adikku tersebut akupun langsung menghubungi ibuku, dan ibukupun langsung mengiyakan, beliaupun mengatakan kalau sore ini langsung akan menuju ke Semarang.
Setibanya di kota Atlas dan langsung menuju kosku untuk beristirahat, esok harinyapun tepat pukul 08.00 WIB kamipun sudah berada di rumah beliau, selesainya praktek akhirnya +-30 menit kemudian Dr.dr.Ai, Sppd,MA pun menemui kami, kamipun berbincang-bincang kurang lebih sampai pukul 10.00 WIB. Setelah mengobrol dan meminta agar adikku pura-pura memanggil beliau dengan sebutan Pak De ketika menghadap Rektor kamipun langsung bergegas ke kampu tersebut. Sesampainya disana adikku dan Dr.dr.Ai, Sppd,MA langsung menuju ke ruang rektorat untuk menemui rektor. Sementara aku, ibukku dan um Jiwan(sopirnya ibu) menunggu di area parkir, perasaan dag dig dung dengan diiringi rasa optimis yang sangat besar hampir 99% karena Dr.dr.Ai, Sppd,MA adalah salah satu orang yayasan, bahkan beliaupun merupakan salah satu dosen senior di kampus swasta di kota Atlas itu.
Kurang lebih 1 jam kami menunggu di area parkir, akhirnya adikkupun keluar bersama Dr.dr.Ai, Sppd,MA, dengan langkah yang lunglai ternyata mereka juga memberitakan informasi yang tidak beda jauh dengan informasi yang telah disampaikan oleh temenku Jo dulu. Serasa tersambar petir di siang bolong, kamipun lagsung tercengang, kaget diiringi perasaan yang sangat kecewa.
Dengan perasaan yang pesimis kamipun sesegera mungkin meninggalkan kampus tersebut menuju ke tempat kosku. 1 jam kemudian tiba-tiba pak NY menelpon ibuku, pada intinya beliau menyarankan agar adikku mengikuti les privat dan tetap mengikuti ujian setelah les privat, walaupun untuk bangku cadangan.
Akhirnya adikkupun seminggu menginap dikosku untuk mengikuti les selama kurang lebih 4 hari. Tak terasa akhirnya tiba saatnya adikku untuk mengikuti ujian setelah mengikuti les privatnya itu. Akhirnya adikkupum dinyatakan lulus selesainya ujian tersebut. Bangku cadangan disini maksudnya diperuntukkan barang kali ada calon mahasiswa yang mengundurkan diri, kemudian kursi tersebut bisa diisi oleh adikku dan ditentukkan oleh besarnya sumbangan ketika calon mahasiswa tersebut ingin diterima.
Selesainya ujian adikkupun langsung bergegas pulang ke kluwut (kampung dimana aku dibesarkan pada salah satu kabupaten di Brebes).
Haripun semakin cepat berlalu, kira-kira berselang satu bulan ibukku menelponku, beliau mengatakan kalau besok beliau di panggil di kampus tersebut untuk menghadiri lelang dan akupun langsung menjawab kalau insya Allah besok saya temenin. Namun sejenak aku berfikir kok di dunia akademis memakai kata lelang, kedengarannya kurang etis. Tetapi akupun berusaha untuk melupakan kata-kata itu.
Pagipun berlalu, akupun langsung menjemput ibukku tercinta di st.Poncol setelah memanfaatkan armada KA. Kaligung yang boleh dikatakan murah dan cepat. Setelah bertemu dengan ibukku di st. tersebut kamipun langsung menuju di kampus yang dituju itu. Singkat cerita lelangpun di mulai pukul 10.00 WIB dan di pimpin oleh pembantu rektor 2, beliau menjelaskan bahwa kursi yang kosong hanya ada 2 dan yang dipanggil untuk lelang ada 3 peserta. Beliau juga menjelaskan bahwa lelangpun dimulai dengan nominal 225 jt. Kontan aku langsung terkejut mendengar nominal sebesar itu, laiknya lelang ika atau udang, lelangpun berjalan cukup ramai dan saling bersaing harga. Akhirnya ibukku pun menjadi salah satu pemenang dalam lelang tersebut denga uang sumbangan lebih dari Rp.230 jt.
Selesainya lelang tersebut, perasaan emosipun muncul, kok dunia akademis ko sangat komersil sekali, sungguh esensi dari "Mencerdaskan anak bangsa" telah semakin memudar. Mungkin para pahlawan kita yang tengah gugur akan sedih jika mendengar mahalnya dunia pendidikan. Tragis.....
Akhirnya sepulangnya dari rumah Dr.dr.Ai, Sppd,MA tersebut dan setelah menyampaikan mengenai kondisi yang dialami adikku tersebut akupun langsung menghubungi ibuku, dan ibukupun langsung mengiyakan, beliaupun mengatakan kalau sore ini langsung akan menuju ke Semarang.
Setibanya di kota Atlas dan langsung menuju kosku untuk beristirahat, esok harinyapun tepat pukul 08.00 WIB kamipun sudah berada di rumah beliau, selesainya praktek akhirnya +-30 menit kemudian Dr.dr.Ai, Sppd,MA pun menemui kami, kamipun berbincang-bincang kurang lebih sampai pukul 10.00 WIB. Setelah mengobrol dan meminta agar adikku pura-pura memanggil beliau dengan sebutan Pak De ketika menghadap Rektor kamipun langsung bergegas ke kampu tersebut. Sesampainya disana adikku dan Dr.dr.Ai, Sppd,MA langsung menuju ke ruang rektorat untuk menemui rektor. Sementara aku, ibukku dan um Jiwan(sopirnya ibu) menunggu di area parkir, perasaan dag dig dung dengan diiringi rasa optimis yang sangat besar hampir 99% karena Dr.dr.Ai, Sppd,MA adalah salah satu orang yayasan, bahkan beliaupun merupakan salah satu dosen senior di kampus swasta di kota Atlas itu.
Kurang lebih 1 jam kami menunggu di area parkir, akhirnya adikkupun keluar bersama Dr.dr.Ai, Sppd,MA, dengan langkah yang lunglai ternyata mereka juga memberitakan informasi yang tidak beda jauh dengan informasi yang telah disampaikan oleh temenku Jo dulu. Serasa tersambar petir di siang bolong, kamipun lagsung tercengang, kaget diiringi perasaan yang sangat kecewa.
Dengan perasaan yang pesimis kamipun sesegera mungkin meninggalkan kampus tersebut menuju ke tempat kosku. 1 jam kemudian tiba-tiba pak NY menelpon ibuku, pada intinya beliau menyarankan agar adikku mengikuti les privat dan tetap mengikuti ujian setelah les privat, walaupun untuk bangku cadangan.
Akhirnya adikkupun seminggu menginap dikosku untuk mengikuti les selama kurang lebih 4 hari. Tak terasa akhirnya tiba saatnya adikku untuk mengikuti ujian setelah mengikuti les privatnya itu. Akhirnya adikkupum dinyatakan lulus selesainya ujian tersebut. Bangku cadangan disini maksudnya diperuntukkan barang kali ada calon mahasiswa yang mengundurkan diri, kemudian kursi tersebut bisa diisi oleh adikku dan ditentukkan oleh besarnya sumbangan ketika calon mahasiswa tersebut ingin diterima.
Selesainya ujian adikkupun langsung bergegas pulang ke kluwut (kampung dimana aku dibesarkan pada salah satu kabupaten di Brebes).
Haripun semakin cepat berlalu, kira-kira berselang satu bulan ibukku menelponku, beliau mengatakan kalau besok beliau di panggil di kampus tersebut untuk menghadiri lelang dan akupun langsung menjawab kalau insya Allah besok saya temenin. Namun sejenak aku berfikir kok di dunia akademis memakai kata lelang, kedengarannya kurang etis. Tetapi akupun berusaha untuk melupakan kata-kata itu.
Pagipun berlalu, akupun langsung menjemput ibukku tercinta di st.Poncol setelah memanfaatkan armada KA. Kaligung yang boleh dikatakan murah dan cepat. Setelah bertemu dengan ibukku di st. tersebut kamipun langsung menuju di kampus yang dituju itu. Singkat cerita lelangpun di mulai pukul 10.00 WIB dan di pimpin oleh pembantu rektor 2, beliau menjelaskan bahwa kursi yang kosong hanya ada 2 dan yang dipanggil untuk lelang ada 3 peserta. Beliau juga menjelaskan bahwa lelangpun dimulai dengan nominal 225 jt. Kontan aku langsung terkejut mendengar nominal sebesar itu, laiknya lelang ika atau udang, lelangpun berjalan cukup ramai dan saling bersaing harga. Akhirnya ibukku pun menjadi salah satu pemenang dalam lelang tersebut denga uang sumbangan lebih dari Rp.230 jt.
Selesainya lelang tersebut, perasaan emosipun muncul, kok dunia akademis ko sangat komersil sekali, sungguh esensi dari "Mencerdaskan anak bangsa" telah semakin memudar. Mungkin para pahlawan kita yang tengah gugur akan sedih jika mendengar mahalnya dunia pendidikan. Tragis.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar