Sebagai manusia yang numpang hidup kurang lebih 24 tahun di salah satu belahan bumi Allah, yaitu di tanah jawa, sedikit banyak saya telah memahami karakteristik orang jawa pada khususnya dan orang Indonesia pada umumnya. Pada awalnya tak sedikitpun saya meragukan bahwa masyarakat kita yang tergolong masyarakat heterogen dan terdiri dari beragam suku dan budaya itu sangat memegang teguh budaya ke timuran, tenggang rasa dan tepo seliro. Indonesia yang notabene masyarakatnya sangat religius dan terkenal dengan sikap sopan santunnya, sekarang tak lagi seperti itu (setidaknya berdasarkan kaca mata bodoh saya).
Di tanah saentero ini lebih dari 10.000 mahasiswa di wisuda guna mendapatkan gelar sarjana tiap tahunnya, tiap bulan selalu ada pengukuhan guru besar, tiap hari terlahir entrepreneur baru, tiap jam banyak orang mendapatkan proyek yang menggiurkan guna mendapatkan profit yang banyak, namun apakah diantara mereka semua selalu memiliki dan mengaplikasikan etika??? ( saya rasa hanya 50% nya atau mungkin kurang).
Etika merupakan pondasi yang sangat fundamental yang diperlukan bagi setiap lapisan masyarakat baik tua muda, kaya miskin, besar kecil, pria wanita, pejabat dan tukang becak ataupun anggota parlemen dan sopir angkot. Etika menjadikan hidup orang lebih terkontrol, seimbang dan selaras. Dengan etika orang akan lebih bisa mengendalikan emosi dan setidaknya bisa memiliki rasa malu.
Sekarang coba kita lihat berita-berita yang terdapat di berbagai media, baik cetak ataupun elektronik akhir-akhir ini, mulai dari sikap sombongnya sang pengusaha kaya Syekh Puji, perampokan besar-besaran di Bank Century (yang beritanya sangat membosankan), Pembobolan uang nasabah bank via atm hingga aksi anarkisnya Bonek (sporter Persebaya Surabaya). Apa yang sebenarnya mereka cari??? Eksistensi?? Ketenaran?? Uang?? ya itulah memang jawabannya, sikap bodohnya tersebutlah yang telah merugikan banyak pihak dan bahkan negara. Namun jika etika yang sebenarnya mereka miliki (atau tidak punya ya?? he he he...) lalu diaplikasikan dalam setiap lini kehidupannya, saya yakin perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia akan lebih stabil, baik dari segi perekonomian, stabilitas pemerintahan ataupun keamanan negara.
Sebagai warga negara yang gemar meng-update postingan di blog seperti ini (garing ya?? he he he...) besar harapan saya agar etika selalu ditanamkan dalam setiap lingkungan, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah ataupun di lingkungan kantor atau mungkin akan lebih baik jika "etika" dijadikan mata pelajaran/mata kuliah wajib 6 sks dalam dunia akademis yang tentunya harus berbeda dengan mata kuliah kewiraan yang hanya menghafal undang-undang dan GBHN saja, bagaimana??? Namun benar adanya jika semuanya balik pada diri kita masing-masing, apakah berkenan untuk mengimplementasikannya atau tidak????
Sekarang coba kita lihat berita-berita yang terdapat di berbagai media, baik cetak ataupun elektronik akhir-akhir ini, mulai dari sikap sombongnya sang pengusaha kaya Syekh Puji, perampokan besar-besaran di Bank Century (yang beritanya sangat membosankan), Pembobolan uang nasabah bank via atm hingga aksi anarkisnya Bonek (sporter Persebaya Surabaya). Apa yang sebenarnya mereka cari??? Eksistensi?? Ketenaran?? Uang?? ya itulah memang jawabannya, sikap bodohnya tersebutlah yang telah merugikan banyak pihak dan bahkan negara. Namun jika etika yang sebenarnya mereka miliki (atau tidak punya ya?? he he he...) lalu diaplikasikan dalam setiap lini kehidupannya, saya yakin perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia akan lebih stabil, baik dari segi perekonomian, stabilitas pemerintahan ataupun keamanan negara.
Sebagai warga negara yang gemar meng-update postingan di blog seperti ini (garing ya?? he he he...) besar harapan saya agar etika selalu ditanamkan dalam setiap lingkungan, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah ataupun di lingkungan kantor atau mungkin akan lebih baik jika "etika" dijadikan mata pelajaran/mata kuliah wajib 6 sks dalam dunia akademis yang tentunya harus berbeda dengan mata kuliah kewiraan yang hanya menghafal undang-undang dan GBHN saja, bagaimana??? Namun benar adanya jika semuanya balik pada diri kita masing-masing, apakah berkenan untuk mengimplementasikannya atau tidak????
Kadingaren dapat yang pertamax nih.
BalasHapusCeritanya bapak saya dulu waktu sekolah di SR itu ada mata pelajaran yang namanya budi pekerti. Pada saat itu si murid boro2 berani kurang ajar sama guru hla wong kalau pak gurunya itu mau lewat saja pada minggir kok. Pada waktu guru menerangkan tidak ada yang berani bercanda, semua patuh mendengarkan. Begitu mata pelajaran itu dihilangkan, ya lihat saja keadaan anak-anak sekolah sekarang ini