Kenalakalan remaja merupakan hal yang sering terjadi di kalangan kaum pelajar kita, memang banyak hal yang menyebabkan mereka terperangkap ke dalam lembah hitam tersebut, disamping karena faktor pribadi, faktor keluarga dan lingkungan pergaulan juga berpengaruh besar dalam kasus kenakalan remaja.
Dalam lingkungan keluarga, orang tua sangat berperan aktif menjadikan anak-anaknya kelak menjadi anak yang baik atau tidak, kesemuanya itu membutuhkan proses yang tidak sebentar dan tidak mudah dalam membentuk karakter dari setiap anak. Seorang anak baik secara langsung atau tidak langsuk akan memplagiat setiap sikap, cara berbicara dan cara berfikir orang tuanya semenjak dia mulai bisa mendengar dan melihat tanpa adanya sistem filterisasi, maka dari itu jangan selalu salahkan anak jika pada saat menginjak remaja, anak yang selalu diidolakan dan dibanggakan tiba-tiba menjadi yanki (sebutan bagi remaja yang nakal di masyarakat jepang) karena proses pembelajaran dan mendidik anak yang tidak dilakukan semenjak dini, sulit memang merubah karakter anak yang sudah terlanjur terjerumus ke lembah kesesatan pada saat menginjak remaja, karena pada usia 12-18 tahun mereka sedang mengalami pertumbuhan hormon, indikasi dari pertumbuhan hormon tersebut berdampak tingkat emosional yang bergejolak dan rasa agar tidak ada intervensi pada setiap masalah yang dialami oleh seorang anak itu juga sedang memuncak, maka dari itu semua prosesnya dimulai sejak dini.
Tidak lain halnya dengan faktor environment, usia remaja merupakan usia yang mempunyai tingkat curious yang sangat tinggi, mereka ingin selalu mencoba setiap barang, kejadian atau sesuatu apapun yang belum pernah dicoba yang notabene membawa kenikmatan tersendiri menurut asumsi mereka. Dari situlah seorang remaja sedang mengexplore semua yang membuat mereka penasaran dan melakukan pengembaraan untuk menemukan jatidiri mereka.
Tetapi pada suatu saat tertentu adakalanya mereka merenung dan menyadari setiap tindakan bodoh yang pernah dilakukannya, pada saat inilah plilihan hidup mereka ditentukan oleh mereka sendiri, apakah akan terus melakukan hal-hal bodoh tersebut ataukah akan menyesali, berhenti melakukan tindakan yang membawa mereka jauh ke dalam lubang kenistaan lagi dan melakukan perubahan untuk memperbaiki diri. Disaat itu pula keyakinan dan keteguhan hati sedang dicoba, dukungan dari lingkungan sekitar juga sangat dibutuhkan.
Banyak diantara kita yang melihat seseorang sedang berlari dan berpacu untuk memperbaiki diri dengan keyakinan dan kegigihan hati, acapkali kita malah mencemoohnya, meremehkannya dan melemahkan semangatnya. Tetapi sebenarnya sesekali bagi kaum remaja atau siapapun yang menginginkan perubahan dan sering mandapat ejekan, cemoohan dari beberapa orang adakalanya kita harus tuli, seperi kasus cicak yang akan diceritakan dibawah ini.
Peringatan hari kemerdekaan di Negeri Binatang berlangsung meriah denganacara-acara perlombaan. Salah satu acara yang menarik adalah Panjat Pinang untuk para cicak. Batang pinang dilumuri getah salah satu pohon yang licin. Perbedaan dari panjat pinang ini adalah tidak untuk memperebutkan sesuatu diatas dan tidak perlu kerja sama. Perlombaannya sederhana yaitu siapa yang sampai puncak duluan dialah pemenangnya. Aturannya sederhana, jika ada cicak yang sudah jatuh, masih diberi kesempatan tiga kali untuk tetap naik. Namun, jika sudah ada cicak yang sampai duluan dipuncak, maka pertandingan berakhir dengan pemenang yang sampai duluan dipuncak.
Total peserta cicak yang ikut sebanyak 25 ekor, dengan hadiah utamanya yaitu sebuah rumah mewah untuk cicak.
Ketika juri meniup peluit tanda perlombaan dimulai, maka ke-25 ekor cicak ini mulai berebut naik, Baru beberapa menit, sudah beberapa tokek yang tergelincir jatuh. Penontonpun semakin histeris melihat perjuangan para cicak yang bersusah payah untuk sampai dipuncak. Anehnya, penonton bukan memotivasi, melainkan memberitahukan bahwa adalah tidak mungkin untuk mencapai puncak yang demikian tinggi sementara badan cicak kecil. Suara penontonpun mulai berubah."Sudahlah, tidak mungkin sampai, turun saja!" demikian sorak penonton.
Yang lain mengatakan, "Jangan gara-gara iming-iming rumah kau korbankan sesuatu yang mungin berguna untuk yang lain."
Bahkan, cicak senior yang tidak ikut bermain malah berkomentar,"Zaman saya dulu saja tidak se-ngotot ini, yang penting jalan saja seperti rutin."
Sementara itu para petingi negeri binatang juga mulai ikut angkat suara, "Sudahlah cicak, sengaja kami buat perlombaan ini hanya untuk senang-senang dan memang dirancang agak sulit. Jadi turunlah ! Tidak mungkin kamu bisa mencapai puncak."
Mendengar teriakan-teriakan yang demikian, beberapa cicak mulai jatuh motivasinya, daya juangnya juga semakin melorot dan akhirnya mulai tereliminasi satu demi satu. Melihat kondisi demikian, penonton semakin lantang berteriak bahwa tidak mungkin ada cicak yang dapat mencapai puncak. Namun demikian, perlombaan belum selesai. Dari 24 cicak yang sudah tereliminasi, tinggal satu cicak yang terus merangkak naik, perlahan namun pasti. Melihat hal itu penonton kembali bersorak dan mencemooh sang cicak, bahwa tidak mungkin mencapai puncak.
Bahka seekor binatang yang kaya raya mengatakan, "Hai cicak, turunlah! Kalau demi rumah mewah kau rela berkorban untuk sesuatu yang tidak mungkin, kau pakailah rumah mewahku dan turunlah, sebab semakin tinggi kau memanjat maka semakin besar pula resikonya untuk jatuh, dan itu sangat menyakitkan."
Namun, kata-kata si binatang kaya inipun tidak digubris oleh sang cicak. Mendekati tengah hari, semua penonton mulai terdiam. Mereka melihat cicak dengan konstan dan akhirnya.....mencapai puncak.
Gegap gempita dan sorak sorai penontonpun meledak melihat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Bahkan rekan-rekannya yang telah tereliminasi ikut menangis dan terharu melihat rekannya bisa mencapai puncak. Setelah diturunkan dengan tali khusus, beberapa penonton dan petinggi negeri binatang berusaha mencari tahu apa yang menyebabkan sang cicak bisa mencapai puncak dan meraih hadiah utama. Betapa kagetnya mereka, setelah diperiksa ternyata sang cicak pemenang itu ternyata tidak bisa mendengar atau tuli.
Belajar dari sang cicak, adakalanya kita perlu "tuli" untuk tidak mendengar segala pembicaraan negatif yang dapa menghambat laju perubahan dan perkembangan kita. Tuli disini berarti, kita melakukan introspeksi diri terhadap isu yang berkembang, dan jika idak benar barulah menjadi "tuli" yang sesungguhnya.
Jadi untuk semuanya, tidak ada kata terlambat dan yakinlah kita bisa melakukan perubahan untuk menjadi lebih baik, karena Allah akan senantiasa mengabulkan segala permohonan bagi hambanya yang melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Always Be Better........
Dalam lingkungan keluarga, orang tua sangat berperan aktif menjadikan anak-anaknya kelak menjadi anak yang baik atau tidak, kesemuanya itu membutuhkan proses yang tidak sebentar dan tidak mudah dalam membentuk karakter dari setiap anak. Seorang anak baik secara langsung atau tidak langsuk akan memplagiat setiap sikap, cara berbicara dan cara berfikir orang tuanya semenjak dia mulai bisa mendengar dan melihat tanpa adanya sistem filterisasi, maka dari itu jangan selalu salahkan anak jika pada saat menginjak remaja, anak yang selalu diidolakan dan dibanggakan tiba-tiba menjadi yanki (sebutan bagi remaja yang nakal di masyarakat jepang) karena proses pembelajaran dan mendidik anak yang tidak dilakukan semenjak dini, sulit memang merubah karakter anak yang sudah terlanjur terjerumus ke lembah kesesatan pada saat menginjak remaja, karena pada usia 12-18 tahun mereka sedang mengalami pertumbuhan hormon, indikasi dari pertumbuhan hormon tersebut berdampak tingkat emosional yang bergejolak dan rasa agar tidak ada intervensi pada setiap masalah yang dialami oleh seorang anak itu juga sedang memuncak, maka dari itu semua prosesnya dimulai sejak dini.
Tidak lain halnya dengan faktor environment, usia remaja merupakan usia yang mempunyai tingkat curious yang sangat tinggi, mereka ingin selalu mencoba setiap barang, kejadian atau sesuatu apapun yang belum pernah dicoba yang notabene membawa kenikmatan tersendiri menurut asumsi mereka. Dari situlah seorang remaja sedang mengexplore semua yang membuat mereka penasaran dan melakukan pengembaraan untuk menemukan jatidiri mereka.
Tetapi pada suatu saat tertentu adakalanya mereka merenung dan menyadari setiap tindakan bodoh yang pernah dilakukannya, pada saat inilah plilihan hidup mereka ditentukan oleh mereka sendiri, apakah akan terus melakukan hal-hal bodoh tersebut ataukah akan menyesali, berhenti melakukan tindakan yang membawa mereka jauh ke dalam lubang kenistaan lagi dan melakukan perubahan untuk memperbaiki diri. Disaat itu pula keyakinan dan keteguhan hati sedang dicoba, dukungan dari lingkungan sekitar juga sangat dibutuhkan.
Banyak diantara kita yang melihat seseorang sedang berlari dan berpacu untuk memperbaiki diri dengan keyakinan dan kegigihan hati, acapkali kita malah mencemoohnya, meremehkannya dan melemahkan semangatnya. Tetapi sebenarnya sesekali bagi kaum remaja atau siapapun yang menginginkan perubahan dan sering mandapat ejekan, cemoohan dari beberapa orang adakalanya kita harus tuli, seperi kasus cicak yang akan diceritakan dibawah ini.
Peringatan hari kemerdekaan di Negeri Binatang berlangsung meriah denganacara-acara perlombaan. Salah satu acara yang menarik adalah Panjat Pinang untuk para cicak. Batang pinang dilumuri getah salah satu pohon yang licin. Perbedaan dari panjat pinang ini adalah tidak untuk memperebutkan sesuatu diatas dan tidak perlu kerja sama. Perlombaannya sederhana yaitu siapa yang sampai puncak duluan dialah pemenangnya. Aturannya sederhana, jika ada cicak yang sudah jatuh, masih diberi kesempatan tiga kali untuk tetap naik. Namun, jika sudah ada cicak yang sampai duluan dipuncak, maka pertandingan berakhir dengan pemenang yang sampai duluan dipuncak.
Total peserta cicak yang ikut sebanyak 25 ekor, dengan hadiah utamanya yaitu sebuah rumah mewah untuk cicak.
Ketika juri meniup peluit tanda perlombaan dimulai, maka ke-25 ekor cicak ini mulai berebut naik, Baru beberapa menit, sudah beberapa tokek yang tergelincir jatuh. Penontonpun semakin histeris melihat perjuangan para cicak yang bersusah payah untuk sampai dipuncak. Anehnya, penonton bukan memotivasi, melainkan memberitahukan bahwa adalah tidak mungkin untuk mencapai puncak yang demikian tinggi sementara badan cicak kecil. Suara penontonpun mulai berubah."Sudahlah, tidak mungkin sampai, turun saja!" demikian sorak penonton.
Yang lain mengatakan, "Jangan gara-gara iming-iming rumah kau korbankan sesuatu yang mungin berguna untuk yang lain."
Bahkan, cicak senior yang tidak ikut bermain malah berkomentar,"Zaman saya dulu saja tidak se-ngotot ini, yang penting jalan saja seperti rutin."
Sementara itu para petingi negeri binatang juga mulai ikut angkat suara, "Sudahlah cicak, sengaja kami buat perlombaan ini hanya untuk senang-senang dan memang dirancang agak sulit. Jadi turunlah ! Tidak mungkin kamu bisa mencapai puncak."
Mendengar teriakan-teriakan yang demikian, beberapa cicak mulai jatuh motivasinya, daya juangnya juga semakin melorot dan akhirnya mulai tereliminasi satu demi satu. Melihat kondisi demikian, penonton semakin lantang berteriak bahwa tidak mungkin ada cicak yang dapat mencapai puncak. Namun demikian, perlombaan belum selesai. Dari 24 cicak yang sudah tereliminasi, tinggal satu cicak yang terus merangkak naik, perlahan namun pasti. Melihat hal itu penonton kembali bersorak dan mencemooh sang cicak, bahwa tidak mungkin mencapai puncak.
Bahka seekor binatang yang kaya raya mengatakan, "Hai cicak, turunlah! Kalau demi rumah mewah kau rela berkorban untuk sesuatu yang tidak mungkin, kau pakailah rumah mewahku dan turunlah, sebab semakin tinggi kau memanjat maka semakin besar pula resikonya untuk jatuh, dan itu sangat menyakitkan."
Namun, kata-kata si binatang kaya inipun tidak digubris oleh sang cicak. Mendekati tengah hari, semua penonton mulai terdiam. Mereka melihat cicak dengan konstan dan akhirnya.....mencapai puncak.
Gegap gempita dan sorak sorai penontonpun meledak melihat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Bahkan rekan-rekannya yang telah tereliminasi ikut menangis dan terharu melihat rekannya bisa mencapai puncak. Setelah diturunkan dengan tali khusus, beberapa penonton dan petinggi negeri binatang berusaha mencari tahu apa yang menyebabkan sang cicak bisa mencapai puncak dan meraih hadiah utama. Betapa kagetnya mereka, setelah diperiksa ternyata sang cicak pemenang itu ternyata tidak bisa mendengar atau tuli.
Belajar dari sang cicak, adakalanya kita perlu "tuli" untuk tidak mendengar segala pembicaraan negatif yang dapa menghambat laju perubahan dan perkembangan kita. Tuli disini berarti, kita melakukan introspeksi diri terhadap isu yang berkembang, dan jika idak benar barulah menjadi "tuli" yang sesungguhnya.
Jadi untuk semuanya, tidak ada kata terlambat dan yakinlah kita bisa melakukan perubahan untuk menjadi lebih baik, karena Allah akan senantiasa mengabulkan segala permohonan bagi hambanya yang melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Always Be Better........
Cerita cicak dicuplik dari buku Setengah isi Setengah kosong karya Parlindungan Mampuang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar