Keterkaitan antara isu teroris di Aceh dan meninggalnya gembong teroris (mungkin) " Dulmatin " di Pamulang yang notabene tengah menjadi DPO pemerintah AS menurut penulis sangat irasional dan tidak logis. Kenapa tidak, masyarakat Aceh yang konon mayoritas beragama Islam selama ini tidak pernah mempermasalahkan adanya diferensiasi keyakinan yang dianut oleh setiap individu, kata " teroris " pun janggal saat isu teroris mencuat dengan lokasi di wilayah NAD. Seakan dicap sebagai isu murahan dan rekayasa dari oknum tertentu, markas teroris yang notabene telah ada sejak tahun 2005 di Serambi Makkah itu ternyata baru tahun 2010 diketahuinya dan dari isu itu pula seolah ada upaya untuk memecah belah persatuan warga Aceh yang tengah merintis dan memupuk perdamaian bersama (pasca aksi GAM).
Bersamaan dengan hal tersebut, isu yang terkesan dipaksakan itu muncul saat antiklimaks kasus skandal Bank Century yang telah di Paripurnakan dan hanya menghasilkan keputusan melalui voting 'Opsi C' (bahwa bailout Century bermasalah). Penulis sangat yakin bahwa dibalik semua itu terdapat rekayasa besar yang keji yang telah disiapkan sebaik dan serapi mungkin guna ajang pembodohan publik dan sedikit trik kuno guna melakukan pengalihan perhatian masyarakat. Isu tersebut juga muncul menjelang kedatangan Obama ke Indonesia (yang pada akhirnya ditunda kedatangannya). Dengan isu tersebutlah jelas bahwa pemerintah tengah cari muka mengenai komitmennya dalam pemberantasan kasus teroris. Selain itu kontra terosrisme juga merupakan 100 hari program kerja pemerintahan SBY, dengan program 100 hari tersebutlah diharapkan bisa untuk dirumuskan 'blue print' penanganan terorisme yang dalam pelaksanaannya tentu lebih dari 100 hari.
Disini penulis hanya ingin sedikit ber-statement bahwa kemungkinan besar, terorisme hanyalah isu yang dijadikan proyek global AS setelah peledakan WTC, bagi AS isu terorisme di Indonesia terbukti mampu menciptakan keterbelahan umat Islam ini terbukti dengan adanya islam moderat, radikal, liberal, fundamentalis dan lain sebagainya yang akan memudahkan mereka dalam menyebarkan ajaran sekularisme dan liberalisme.
Isu tersebutpun sarat dengan unsur politis, dengan adanya isu tersebut pula maka dapat dijadikan alasan oleh pemerintah Indonesia dalam menjalin kerja sama militer kembali dengan AS yang nyata-nyata sangat merugikan Indonesia sendiri karena memiliki beragam SDA yang melimpah serta geopolitik yang strategis. Sebagai WNI terang saja kita semua haruslah lebih mengedepankan logika dan cara berfikir yang rasional dalam mengamati dan menanggapi iklim politik yang terjadi di Nusantara ini, semoga kedepannya bisa lebih baik, amiin.
Disini penulis hanya ingin sedikit ber-statement bahwa kemungkinan besar, terorisme hanyalah isu yang dijadikan proyek global AS setelah peledakan WTC, bagi AS isu terorisme di Indonesia terbukti mampu menciptakan keterbelahan umat Islam ini terbukti dengan adanya islam moderat, radikal, liberal, fundamentalis dan lain sebagainya yang akan memudahkan mereka dalam menyebarkan ajaran sekularisme dan liberalisme.
Isu tersebutpun sarat dengan unsur politis, dengan adanya isu tersebut pula maka dapat dijadikan alasan oleh pemerintah Indonesia dalam menjalin kerja sama militer kembali dengan AS yang nyata-nyata sangat merugikan Indonesia sendiri karena memiliki beragam SDA yang melimpah serta geopolitik yang strategis. Sebagai WNI terang saja kita semua haruslah lebih mengedepankan logika dan cara berfikir yang rasional dalam mengamati dan menanggapi iklim politik yang terjadi di Nusantara ini, semoga kedepannya bisa lebih baik, amiin.