Pada hakekatnya, segala amal perbuatan yang kita kerjakan di dunia ini semata-mata didedikasikan hanyalah untuk Sang Pencipta. Amal perbuatan yang telah kita kerjakan, buruk maupun baik, sedikit maupun banyak, besar maupun kecil kelak akan di pertanggungjawabkan di pengadilan milikNya dengan transparansi yang benar-benar real dan dengan justifikasi yang hakiki dan bersifat absolut.
Namun demikian tidak sedikit dari kita yang lebih mengedepankan emosi saat beramal baik dengan memamerkan segala jenis amal perbuatan yang telah dikerjakan. Disini pembinaan sifat ikhlas terhadap diri sendiri sangat diperlukan. Memang jika ditelaah lebih mendalam, secara aplikatif perbedaan ikhlas dan riya hanya sedikit, yang kesemuanya itu bermuara pada niat dari hati kita masing-masing.
Suatu ketika salah satu saudara saya yang menjadi panitia pembangunan masjid kedatangan tamu yakni salah seorang yang telah memberi shadaqohnya untuk pembangunan masjid, dia memprotes dan seolah tidak terima kepada saudara saya saat nama dia tidak disebutkan dalam pengumuman penerimaan shadaqoh pada ritual sholat jum'at, karena sebagai manusia biasa yang sering lalai dan luput dari beragam problematika yang ada, akhirnya saudara saya pun meminta maaf sebab saudara saya tersebut memang benar-benar lupa untuk menyebutkan nama salah seorang pemberi shadaqoh tersebut.
Saat mendengar cerita saudara saya tersebut, saya sungguh terheran-heran, apa sesungguhnya niat orang yang telah memberikan shadaqoh tersebut hingga tidak terima karena namanya tidak disebutkan dalam pengumuman yang telah disampaikan oleh panitia pembangunan masjid?? namun demikian sayapun berusaha untuk ber-khusnudzon terhadap orang tersebut, mungkin motif dia hanya untuk sekedar mengkroscek kebenaran yang terjadi atau mungkin dengan disebutkannya nama dia, maka akan memotivasi saudara, teman, kerabat atau sahabatnya untuk senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khoirat).
Pada dasarnya segala amal perbuatan baik jika diselingi dengan niatan yang tidak terpuji, seperti iri, riya, sombong dan takabbur kontan akan langsung mengurangi value yang telah didapatkan pada database amal baik kita saat kalkulasi yang dilakukan olehNya. Sebuah cerita mengisahkan bahwa ada seorang muslim yang gemar bersedekah, namun tiap kali bersedekah dia selalu riya atau pamer, kemudian ketika meninggal dunia dan di cek database amal perbuatan baiknya, hanya ada sedikit amal perbuatan baik yang tercatat, ini dikarenakan semasa hidup dia tidak pernah punya rasa ikhlas saat bersedekah, sungguh perjuangan dan pengorbanan yang sia-sia.
Amal perbuatan baik yang telah kita kerjakan sudah seharusnya kita ikhlaskan semata-mata hanyalah untukNya, adapun jika kita ingin menceritakan segala sesuatunya, itu semua tergantung dari niat kita pribadi masing-masing, apakah hanya untuk pamer??? ataukah untuk memotivasi???. Terkadang saya pribadi heran terhadap mereka yang selalu riya dan sombong ketika telah memberikan kontribusi guna memperjuangkan agama Allah, apa motif sesungguhnya? hanya sekedar mencari popularitas?? toh Gusti Allah niku mboten sare.....
bagus nya artikel ni..nice..post.
BalasHapusalif follow ni sbb page ni cute,salam kenal kat www.syoknyaDownload.blogspot.com ,follow me back dan alif akan up your trafik everyday..
:D...nice posting sob...memeng kita harus ikhlas dalam beramal..smoga kita selalu ditunjukkan ke jalan yang lurus,..dan tidak termasuk orang2 yang merugi,...amiin
BalasHapussalam sobat,
BalasHapusbenar sekali sob, memang seharusnya kita berlomba-lomba berbuat kebaikkan tapi dengan penuh keikhlasan hati. agar 'value' di database kita tidak terusik..
terima kasih untuk artikel yang segar, semoga memberi manfaat buat kita semua.