"Pilihlah yang terbaik dalam hidupmu dengan menggunakan skala prioritas", ya itulah memang sepenggal kalimat yang sering dilontarkan orang bijak atau orang yang mungkin berpura-pura jadi bijak ketika kita terhimpit dalam pilihan hidup yang sulit. Hal tersebut juga pernah dialami oleh saya saat saya dihadapkan oleh dua pilihan hidup yang sangat membingungkan, ya saya yang notabene tengah menekuni dunia entrepreneur hingga lebih dari 3 tahun tersebut dan tengah mereauk hasil dari usaha yang telah saya lakukan selama 3 tahun silam kemarin dihadapkan oleh problematika yang seolah menuntut saya agar semangat dalam menyelesaikan tesis karena memang status saya hingga saat ini adalah seorang mahasiswa. Terang saja hal tersebut telah sedikit melemahkan spirit entrepreneur saya dalam melebarkan sayap.
Saat itu saya berfikiran bahwa untuk menjadi orang sukses dibutuhkan totalitas yang intens atau tidak setengah-setengah (antara ber-entrepreneurship dan menyelesaikan tesis). Pikiran sayapun menggiring pada statement yang mengatakan bahwa sebenarnya yang dicari orang dalam menjalankan hidup adalah finance atau mendapatkan profit sebanyak-banyaknya untuk bekal dunia-akhirat dan dengan status saya sebagai seorang entrepreneur, sayapun beranggapan bahwa seorang entrepreneur tidak membutuhkan selembar ijazah apapun guna menjalankan wirausaha atau melebarkan sayap jenis usaha apapun, akhirnya saat itu yang ada di pikiran bodoh saya mengatakan kalau akan lebih baik jika saya meninggalkan studi yang hanya tinggal selangkah lagi (yakni menyelesaikan tesis) dan menseriusi dunia wirausaha. Bahkan sayapun langsung mengingat-ingat tentang beberapa kisah sukses Bill Gate, Donald Trump, Bob Sadino hingga Purdi E Chandra yang memang drop out dari kampusnya untuk menseriusi bidang wirausahanya.
Pikiran konyol sayapun mengatakan jika saya hanya membuang waktu untuk menyelesaikan tesis akan lebih baik jika menseriusi wirausaha saya, karena memang hanya dengan mendapatkan pofit sebanyak mungkin yang dibutuhkan oleh seseorang dalam melangsungkan hidup. Namun hati kecil ini tak bisa dibohongi bahwa akan mubadzir jika tesis ini saya tinggalkan.
Sungguh dilematis memang......tapi Alhamdulillah dengan melakukan sedikit trik dari salah satu sepupu saya yakni dengan berbicara dengan diri sendiri dan sedikit sharing dengan beberapa orang yang saya anggap pantas untuk diajak share akhirnya sayapun memutuskan untuk tetap menyelesaikan studi saya yang tinggal selangkah dan tetap menseriusi wirausaha saya dengan tidak melebarkan sayap terlebih dahulu (ide untuk mengembangkan wirausahapun terpaksa saya pendam dulu untuk digali kembali saat saya telah menyelesaikan studi saya). Karena memang yang dibutuhkan seorang mahasiswa dalam menyelesaikan tesis atau skripsi dan bahkan disertasi adalah keseriusan yang konsisten untuk tetap fokus. Sayapun sadar kalau saya bukanlah seorang Bill Gate, Donald Trump, Bob Sadino ataupun Purdi E Chandra, setidaknya dengan bisa memiliki selembar ijazah S2, saya akan lebih comfort dalam melangsungkan hidup dan lebih tenang dalam menjalankan wirausaha yang sering mengalami fluktuatif yang tidak kecil dalam mendapatkan profit, sayapun yakin kalau semuanya itu tidak akan ada yang sia-sia dan selalu ada hikmah di balik semuanya.
Dalam hal ini sepenggal kalimat yang telah disampaikan oleh beberapa orang bijak yakni dengan memilih salah satu yang terbaik diantara beberapa atau dua pilihanpun saya abaikan karena saya fikir akan mubadzir jika saya meninggalkan satu diantara dua pilihan tersebut (kata maafpun saya haturkan kepada orang bijak, he he he...) dan karena saya yakin saya mampu menjalankan dua pilihan tersebut walaupun memang berat rasanya namun dengan optimisme dalam diri yang tak terbendung ini dan seolah 1000% meyakini dan mengatakan bahwa Allah tidak akan memberi ujian hidup kepada makhluknya diluar batas kemampuan makhlukNya tersebutpun akhirnya saya siap untuk melangkah dengan menerima secara legowo segala konsekuensinya. Sekarang sayapun bisa sedikit tersenyum dan hanya bisa berharap serta memohon dengan berdo'a kepadaNya agar dua pilihan tersebut dapat saya kerjakan dengan selaras dan sebaik mungkin, amiin.....
Pikiran konyol sayapun mengatakan jika saya hanya membuang waktu untuk menyelesaikan tesis akan lebih baik jika menseriusi wirausaha saya, karena memang hanya dengan mendapatkan pofit sebanyak mungkin yang dibutuhkan oleh seseorang dalam melangsungkan hidup. Namun hati kecil ini tak bisa dibohongi bahwa akan mubadzir jika tesis ini saya tinggalkan.
Sungguh dilematis memang......tapi Alhamdulillah dengan melakukan sedikit trik dari salah satu sepupu saya yakni dengan berbicara dengan diri sendiri dan sedikit sharing dengan beberapa orang yang saya anggap pantas untuk diajak share akhirnya sayapun memutuskan untuk tetap menyelesaikan studi saya yang tinggal selangkah dan tetap menseriusi wirausaha saya dengan tidak melebarkan sayap terlebih dahulu (ide untuk mengembangkan wirausahapun terpaksa saya pendam dulu untuk digali kembali saat saya telah menyelesaikan studi saya). Karena memang yang dibutuhkan seorang mahasiswa dalam menyelesaikan tesis atau skripsi dan bahkan disertasi adalah keseriusan yang konsisten untuk tetap fokus. Sayapun sadar kalau saya bukanlah seorang Bill Gate, Donald Trump, Bob Sadino ataupun Purdi E Chandra, setidaknya dengan bisa memiliki selembar ijazah S2, saya akan lebih comfort dalam melangsungkan hidup dan lebih tenang dalam menjalankan wirausaha yang sering mengalami fluktuatif yang tidak kecil dalam mendapatkan profit, sayapun yakin kalau semuanya itu tidak akan ada yang sia-sia dan selalu ada hikmah di balik semuanya.
Dalam hal ini sepenggal kalimat yang telah disampaikan oleh beberapa orang bijak yakni dengan memilih salah satu yang terbaik diantara beberapa atau dua pilihanpun saya abaikan karena saya fikir akan mubadzir jika saya meninggalkan satu diantara dua pilihan tersebut (kata maafpun saya haturkan kepada orang bijak, he he he...) dan karena saya yakin saya mampu menjalankan dua pilihan tersebut walaupun memang berat rasanya namun dengan optimisme dalam diri yang tak terbendung ini dan seolah 1000% meyakini dan mengatakan bahwa Allah tidak akan memberi ujian hidup kepada makhluknya diluar batas kemampuan makhlukNya tersebutpun akhirnya saya siap untuk melangkah dengan menerima secara legowo segala konsekuensinya. Sekarang sayapun bisa sedikit tersenyum dan hanya bisa berharap serta memohon dengan berdo'a kepadaNya agar dua pilihan tersebut dapat saya kerjakan dengan selaras dan sebaik mungkin, amiin.....
amin, saya doakan...mudah2an segera bertemu sumber rizki yg banyak...
BalasHapussalam hangat.
Saya ingin memberi masukan bahwa berdasarkan survey... rata rata Sarjana S1, S2, dan D3 di Indonesia bekerja sebagai tenaga upahan...!! Dan rata rata pengangguran adalah Non Graduate (SLTA) kebawah...!! Dan yang lebih mengangetkan adalah rata rata wirausahawan pencipta lapangan kerja adalah Non Graduate...!!Lakukan apa dibisikan hati kecil anda...!!
BalasHapusSenang m'getahui ada org lain yg mengalami masalah yg sama Hehehe :))
BalasHapusassalammu'alaikum...
BalasHapusindonesia sangatlah bodoh.kl kita pikir,ngapain ada sistem kontrak,yg dah bisa di keluarin ,malah yg bodoh di masukin,seharusnya bikin lg lapangan kerja ,terima kasih........?