27 Maret 2009 merupakan hari yang tidak akan mudah dilupakan, khususnya bagi warga Tanggerang dikarenakan jebolnya bendungan situ gintung. Bendungan yang dibangun pada masa pemerintahan belanda tahun 1932 itu memang sudah diketahui oleh warga setempat telah merembes dan bocor. Beberapa tahun yang lalu warga sering juga mengalami kebanjiran dalam skala kecil dikarenakan bendungan urugan homogen dengan area pelimpah (spill way) tersebut lebarnya hanya 5 meter. Di area tersebut terdapat pintu untuk irigasi untuk zaman dulu yang sekarang ukurannya kecil karena menjadi areal rumah. Warga juga telah berusaha untuk meminta pemerintah setempat agar memperbaiki bendungan tersebut walaupun tanpa respon dari pemerintahan setempat.
Tempat dengan luas area sekitar 21 hektar yang indah dan permai ditengah-tengah kepenatan dan kebisingan kota tersebut sekarang malah memberikan efek negatif yang membuat kurang lebih 300 rumah di RT 02, RT 03, RT 04 yang berada di RW 08 Kampung Poncol, Situ Gintung, Cireundeu, Ciputat, Tangerang itu rusak parah.
Sebenarnya dari beberapa kejadian-kejadian sebelumnya seperti tanah longsor, kebanjiran bahkan tsunami yang terjadi di Nusantara ini seharusnya pemerintah harus lebih hati-hati dan waspada terhadap indikasi jebolnya tanggul situ gintung tersebut. Perhitungan masa bangunan, perkiraan debit air yang bisa ditampung serta kekuatan tanggul seyogyanya harus bisa diperhitungkan.
Dengan kejadian yang menelan korban lebih dari 50 orang itu sudah sangat pasti banyak pihak yang dirugikan. Seandainya saja pemerintah mau sedikit mendengarkan dan menanggapi keluhan dan laporan warga setempat serta bertindak cepat, dan dari pihak warga untuk saling menjaga (tidak membangun bangunan berbentuk apapun di area bendungan yang dapat mempersempit aliran air itu) kecil kemungkinan untuk terjadi bencana yang dahsyat ini.
Tetapi nasi memang sudah menjadi bubur, tinggal kita secara pribadi untuk selalu berinstropeksi diri, sampai sejauh mana tingkat kesadaran untuk peduli terhadap alam dan sesama, agar setidaknya untuk meminimalis terjadinya bencana alam lagi.
Tempat dengan luas area sekitar 21 hektar yang indah dan permai ditengah-tengah kepenatan dan kebisingan kota tersebut sekarang malah memberikan efek negatif yang membuat kurang lebih 300 rumah di RT 02, RT 03, RT 04 yang berada di RW 08 Kampung Poncol, Situ Gintung, Cireundeu, Ciputat, Tangerang itu rusak parah.
Sebenarnya dari beberapa kejadian-kejadian sebelumnya seperti tanah longsor, kebanjiran bahkan tsunami yang terjadi di Nusantara ini seharusnya pemerintah harus lebih hati-hati dan waspada terhadap indikasi jebolnya tanggul situ gintung tersebut. Perhitungan masa bangunan, perkiraan debit air yang bisa ditampung serta kekuatan tanggul seyogyanya harus bisa diperhitungkan.
Dengan kejadian yang menelan korban lebih dari 50 orang itu sudah sangat pasti banyak pihak yang dirugikan. Seandainya saja pemerintah mau sedikit mendengarkan dan menanggapi keluhan dan laporan warga setempat serta bertindak cepat, dan dari pihak warga untuk saling menjaga (tidak membangun bangunan berbentuk apapun di area bendungan yang dapat mempersempit aliran air itu) kecil kemungkinan untuk terjadi bencana yang dahsyat ini.
Tetapi nasi memang sudah menjadi bubur, tinggal kita secara pribadi untuk selalu berinstropeksi diri, sampai sejauh mana tingkat kesadaran untuk peduli terhadap alam dan sesama, agar setidaknya untuk meminimalis terjadinya bencana alam lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar