Selasa, 11 Mei 2010

Belajar Mengekang Nafsu

Sabtu malam kemarin saat aku diminta sang bunda tercinta tuk mengantarkannya belanja bulanan di salah satu pusat perbelanjaan (Mall) di kota Bahari, mataku tiba-tiba terbelalak melihat berbagai jenis pakaian yang menurut seleraku bisa dikatakan 'cool....' , namun demikian beragam merk pakaian yang telah menggugah nafsuku untuk membelinya, aku taksir berharga antara Rp. 250.000 - Rp. 500.000. Dan memang benar, ternyata taksiranku tidak meleset, beragam jenis pakaian yang tengah dipajang itu akhirnya sedikit membuatku ragu untuk membelinya.
Cukup lama aku memutar-mutar pikiranku untuk mengambil suatu keputusan, dilematis memang rasanya, disatu sisi keinginan seolah tak terbendung untuk memiiliki satu diantaranya, namun disisi lain harga yang menempel pada merk pakaian tersebut sedikit membuatku ragu, apalagi baru sebulan aku telah membeli salah satu merk pakaian sejenis. Akhirnya saat aku mempertimbangkan antara kebutuhan dan keinginan, akupun mengurungkan niatku untuk membeli salah satu diantara beragam jenis pakaian yang telah dipampang tersebut, akupun menyadari, aku tidak ingin dan tidak mungkin untuk menjadi seorang shopaholic yang dengan mudahnya mengeluarkan uang tanpa fikir panjang hanya sekedar untuk memuaskan nafsu belaka.Sejatinya memang setiap manusia memiliki nafsu untuk memiliki dan menguasai, namun demikian manusia juga diberi panca indera, akal dan hati untuk senantiasa mengekang setiap nafsu yang dimilikinya sebagai pembeda dengan makhluk lain ciptaanNya. Layaknya seorang bayi yang masih diberi ranjang kayu saat sedang tidur, ranjang bayi yang diberikan oleh orang tuanya digunakan untuk menjaga bayi tersebut agar bisa aman dan tidak jatuh saat menggulingkan badannya ke kanan ataupun ke kiri. Namun apakah bayi tersebut merasa senang??? tentu tidak, karena ruang gerak bayi tersebut merasa dibatasi dan tidak bebas. Bayi yang masih kecilpun telah dianugerahi nafsu untuk berbuat bebas tanpa ada pengekangan dari siapapun. Jika sebagai orang tua tidak membimbingnya dengan baik atau tidak memberikan pengekangan dengan memberi ranjang kayu, maka hal buruk akan terjadi dengan bayi tersebut, misalnya : terjatuh dan cacat. Bayi tersebut baru menyadari saat sudah menginjak usia remaja ataupun dewasa, bahwa pemberian ranjang kayu tersebut adalah untuk kebaikannya sendiri.
Sama halnya saat telah dewasa, pengekangan nafsu justru hadir karena kepekaan kita dalam menangkap sinyal-sinyal kebaikan. Saat memilih antara kebutuhan dan keinginan, sudah semestinya kita memilih kebutuhan, toh juga sudah seharusnya kita memikirkan masa depan kita didunia maupun diakhirat. Akan lebih baik jika menyisihkan sebagian faktor keinginan tersebut untuk investasi kita didunia maupun diakhirat, karena keinginan bukan lah suatu hal yang pokok namun kebutuhan adalah sesuatu yang bersifat urgent bahkan emergency. Dan akhirnya "Selamat Mengekang dan Mengendalikan Nafsu".

3 komentar:

  1. mengekang hawanafsu memang penting...beli sesuai kebutuhan...jgn beli sesuai keinginan...

    BalasHapus
  2. sampai sekarang belom bisa nih ngendaliin nafsu, heran godaanne susah abis :)

    BalasHapus