Rabu, 14 Desember 2011

Indahnya Mencintai

Cinta merupakan salah satu kata yang dianggap beberapa orang tidak layak untuk diutarakan. Perasaan "Cinta" dianggap jauh dari modernitas bagi kalangan moderat. Tetapi perlu disadari dan diyakini bahwa Cinta adalah salah satu anugerah dari Tuhan kepada makhlukNya yang sempurna. Bisa mencintai dan saling mencintai adalah nikmat terindah yang Tuhan berikan kepada kita.

Awalnya aku beranggapan bahwa dicintai lebih enak dari mencintai, bisa melakukan apapun yang kita sukai, bisa menonjolkan ego kita dan bisa mendominasi hubungan kita. Demikian pula dengan mencintai, anggapan awal mencintai adalah suatu perasaan yang sangat menyiksa, membebani, membatasi, membuat terkekang dan bikin capek. Aku berkeyakinan bahwa anggapanku tersebut tidak hanya aku yang memiliki. Namun ternyata setelah apa yang telah aku alami, anggapankupun mulai terjawab dan ternyata semua anggapanku selama ini salah dan omong kosong saja.

Mencintai adalah nikmat luar biasa yang Tuhan berikan kepadaku sebagai jawaban atas kebodohanku selama ini. Perasaan awal tersebut muncul dengan sendirinya pasca pernikahanku dengan seorang wanita yang dikirimkan Tuhan kepadaku sebagai pendamping hidupku. Memang cinta tidak mucul dengan sendirinya, perlahan namun pasti rasa cintapun mulai menyelimuti perasaanku setelah beberapa hari kulalui bersama dengan wanita yang telah khalal untukku. Cinta menurutku lebih dominan ke tindakan giving dan perasaan ikhlas. Mencintai berarti rela memberikan apapun yang dimiliki tanpa melanggar norma agama dan hukum yang berlaku dengan tanpa mengharap imbalan apapun.

Kamis, 25 Agustus 2011

Rekomendasi Tradisi yang Fitri

Tak terasa 1 Syawal hampir di penghujung bulan, tinggal hitungan hari lagi Ramadhan bakal ditinggalkan. Beragam persiapan yang dilakukan untuk menyambut hari yang fitri tengah dipersiapkan oleh sebagian orang. Ada yang sibuk mempersiapkan untuk mudik, ada juga yang telah mempersiapkan untuk membuat ketupat atau hidangan saat lebaran. Momentum kemeriahan saat lebaran merupakan pemanis tambahan untuk meramaikan detik-detik dimana sebagian muslim diantara kita benar-benar mendapat predikat the winner. Memang pada dasarnya acara mudik, kumpul-kumpul ataupun pesta-pesta, telah menjadi satu paket seremonial yang seolah telah melekat dan mendarah daging pada masyarakat dan tak heran pula kalau akhirnya acara-acara tersebut telah menjadi tradisi. Dan acara-acara tersebut sah-sah saja dilakukan saat lebaran tiba, selama itu tidak berlebihan dan melampaui batas.

Salah satu tradisi "recomended" yang telah ada sejak sebelum aku lahir di kampung halamanku adalah tradisi saling memberi parcel antar keluarga dan antar tetangga "irim-iriman". Tradisi ini memang telah melekat dan terus berjalan hingga sekarang, seorang adik memberi parcel kepada sang kakak, seorang anak memberi parcel kepada orang tuanya, seorang keponakan memberi parcel kepada om/tantenya, dan antar tetangga saling memberi parcel. Adapun isi parcel tersebut sangat variatif tergantung dari kemampuan masing-masing personal, namun yang seolah telah menjadi syarat utama dari isi parcel tersebut adalah terdapat gula dan teh.

Senin, 15 Agustus 2011

Momentum Yang Tak Terlupakan

Lebih dari sebulan tak bersua di blog membuat jari jemariku terasa gatal dan ingin rasanya menari-nari diatas keyboard laptop jadulku. Akhirnya hari ini tepat dimana umat Muslim tengah menjalankan puasanya di bulan Ramadhan yang ke 15, aku menyempatkan diri untuk sekedar melepas rindu dan sedikit mencairkan kebekuan yang ada di celah-celah otakku. Kali ini aku ingin sedikit menceritakan beberapa momentum yang telah aku lewatkan untuk menuliskannya pada diary onlineku ini.

Sesuai dengan sunnah yang diajarkan Rasulullah SAW bahwa ada tahapan dimana seorang muslim sebelum menikah dianjurkan untuk melalui tahap Khitbah, ini dibuktikan ketika Muhammad SAW mengkhitbah Siti Khadijah kepada walinya dan Ali bin Abi Thalib saat mengkhitbah Fatimah binti Muhammad. Dan syukur Alhamdulillah tepatnya pada tanggal 3 Juli 2011 saya telah mengkhitbah seorang wanita muslimah yang berasal dari kota Cirebon pada orang tuanya. Tak ada masa pacaran saat-saat sebelum khitbah, hanya dengan Istikharahlah kami berdua yakin bahwa Allah telah menunjukkan jalan kepada kami untuk mengikat tali pernikahan. Acara pernikahanpun insya Allah akan diselenggarakan pada petengahan bulan Oktober.

Persiapan pernikahanpun sedikit demi sedikit telah diselesaikan, hingga melalui tahap Pra wedding. Secara pribadi aku tak begitu interest dengan acara yang menurutku absurd mengenai makna, tujuan dan manfaatnya itu, bagiku acara tersebut hanya mendatangkan banyak mudharat dibandingkan dengan manfaatnya. Namun dikarenakan itu semua adalah permintaan dari calon mertuaku, maka dengan sangat terpaksa akupun mengiyakan untuk menjadi objek pemrotetan bersama dengan calon istriku. Tak kalah akal, diawal sebelum aku mengiyakan permintaannya, aku membuat komitmen kepada calon mertuaku tersebut bahwa diacara pra wedding nanti aku tak mau sedikitpun menyentuh calon istriku dengan alasan dia masih belum mukhrimku, dan akhirnya mungkin dengan perasaan kecewa ia pun mengiyakan permintaanku.

Senin, 06 Juni 2011

Mereka Benci Dengan Kemiskinan

Kemiskinan tak jarang dijadikan alasan klise masyarakat kita dalam menghadapi suatu permasalahan. Secara kompak dan tanpa dikomando mereka sangat rajin untuk saling menyalahkan satu sama lain, ada yang menyalahkan silsilah keturunan mereka, sebagian ada yang dengan lantangnya memberikan sumpah serapah terhadap aparat pemerintahan dan bahkan tak sedikit pula yang melakukan aksi protes kepada Sang Maha Kuasa. Secara tak sadar terkadang kitapun terbius atas keadaan mereka dan seolah mengamini apa yang dilakukan masyarakat yang selalu mengatasnamakan rakyat miskin dengan alasan rasa empati dan simpati terhadap situasi dan kondisi.

Berdasarkan studi pustaka yang telah saya lakukan dalam salah satu Mu'jizat yang telah diberikan kepada seorang yang patut kita jadikan trend setter, yakni Muhammad SAW, bahwa sesungguhnya Sang Maha Kaya tidak pernah memberikan kemiskinan pada manusia, Dia hanya memberikan kekayaan dan kecukupan, FirmanNya tersebut tertuang dalam QS : An-Najm : 48. Dari awal Dia telah mempersiapkan manusia untuk untung, kaya, kuat, sehat, selamat dan sebagainya. Kalaupun yang terjadi terhadap manusia adalah keadaan yang sebaliknya, itu semua adalah kesalahan manusianya sendiri. Bukankah segala kebaikan itu berasal dari Dia dan segala keburukan berasal dari manusia sendiri?

Secara fundamental Sang Maha Kaya sangat menganjurkan dan mengajarkan hamba-hambaNya agar menjadi kaya. Ini terbukti melalui beberapa firmanNya, hadist-hadist nabi dan bahkan dicontohkan langsung oleh sang Nabi akhir zaman. Bukankah Muhammad merupakan entrepreneur yang saat menikah dengan istrinya yang pertama memberikan mas kawin unta sebanyak -+ 20 ekor + 12 ons emas, beliau memiliki al-qashwa (unta pilihan) (ingat saat itu unta merupakan alat transportasi yang sangat mewah), keledai pilihan dan beliau juga telah melakukan perdagangan hingga ke seluruh semenanjung timur tengah, bukankah ini menandakan bahwa saat itu Muhammad adalah seorang Milyarder?? Begitu pula dengan beberapa sahabat Rasulullah, seperti Umar bin Khattab, Abdurrahman bin Auf dan Usman bin Affan yang ternyata adalah trilyuner. Subhanallah.....

Begitulah memang keadaan tokoh-tokoh zaman dahulu yang patut dijadikan teladan bagi kita, dengan kekayaannya mereka mudah dalam memberikan pengaruh yang sangat kuat saat menyebarkan ajaran agama islam. Bahkan mereka sangat benci dengan kefakiran karena kefakiran dekat dengan kekufuran, Umar bin Khattab pun pernah mengatakan jika kemiskinan itu berbentuk manusia maka sudah aku hempaskan pedangku ke lehernya. Jadi sebenarnya kemiskinan bukanlah merupakan ajaran agama yang dibawa Muhammad SAW karena memang tidak ada satu ayat/hadistpun yang mengajarkan kepada manusia agar menjadi miskin, namun demikian di beberapa ayat dan hadist memang disampaikan tentang menyikapi kemiskinan. Sudah saatnya kita semua bermuhasabah kepada diri kita masing-masing dalam menyikapi kemiskinan yang melanda negeri pertiwi ini dengan memperbanyak amal kebaikan (shadaqah : tenaga, pikiran dan harta) kepada sesama.

Sabtu, 21 Mei 2011

Pelangipun Tak Akan Indah Jika Hanya Memiliki Satu Warna

Kekisruhan yang tak kunjung usai di tanah ibu pertiwi ini mengindikasikan bahwa masyarakat belum mengerti betul esensi Kebangkitan Nasional. Hampir di berbagai lini kehidupan, baik pemerintahan maupun kemasyarakatan sering terjadi perdebatan sengit hingga berujung pada permusuhan. Kita amati saja di beberapa media, untuk kalangan pemerintahan misalnya, di bidang olah raga (PSSI), ekonomi, sosial, keamanan, keagamaan, apalagi di bidang politik dan hukum, hampir semuanya terjadi kekisruhan demi nafsu kemenangan pribadi. Demikian pula jika kita amati ke bawah untuk tingkat masyarakat, pembunuhan, aksi-aksi anarkis, sampai pemrosesan ke ranah hukum tak jarang terjadi hanya karena masalah sepele, yaitu silang pendapat.

Dengan memperingati Hari Kebangkitan Nasional, sudah seharusnya kita sebagai WNI yang baik untuk selalu belajar agar menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi (dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat). Ironis memang, jika orang-orang kepercayaan kita yang duduk di kursi eksekutif maupun legislatif selalu memperkeruh masalah, bernafsu untuk berkuasa, memutar balik fakta, mendustai masyarakat, saling memfitnah, saling menghujat, saling bermusuhan dan bahkan saling adu jotos layaknya preman-preman yang 'notabene' telah diberantas habis-habisan oleh Kepolisian seperti Gajah Oling, Komando dan sebagainya, hanya demi kepentingan pribadi atau golongan. Lalu dimana asas demokrasi yang selama ini kita junjung tinggi?? Dan bagaimana pula rakyat bisa percaya bahkan mencontoh mereka??

Demikian pula dengan asumsi di hampir semua golongan yang seolah memiliki trustment bahwa perbedaan/silang pendapat merupakan pihak oposisi, bahkan tak sedikit pula yang menganggap bahwa mereka adalah rival yang sesegera mungkin agar ditumpas atau dibinasakan. Percik api kemarahan hingga menimbulkan permusuhan mudah saja terbuat hanya karena masalah perbedaan pendapat. Bukankah dalam demokrasi perbedaan pendapat itu sesuatu yang wajar? dan bukankah arti dari Bhineka Tunggal Ika itu berbeda-beda tetap satu jua??

Sedih memang jika filosofi dari Demokrasi dan Bhineka Tunggal Ika dengan entengnya dihiraukan bahkan dikhianati. Mengapa juga perbedaan dijadikan suatu hal yang sangat menjengkelkan hingga menimbulkan beragam kericuhan? Tidakkah perbedaan pendapat akan terasa indah untuk dirumuskan guna mengambil suatu kesimpulan yang lebih baik jika masing-masing pihak bisa bertanggung jawab atas pendapatnya. Bukankah pelangi tak akan kelihatan indah jika hanya memiliki satu warna?, Tak ada gunanya memang untuk saling menyalahkan, akan lebih baik jika kita saling bermuhasabah(introspeksi diri) serta selalu saling mengingatkan (wa tawa shoubilkhaqqi wa tawa shoubissobri) demi tegaknya asas demokrasi dan demi terciptanya the power of Bhineka Tunggal Ika.

Rabu, 04 Mei 2011

Ramainya Sekolah Tak Seramai Pendidikan

Dua hari sudah hari pendidikan nasional telah kita peringati bersama, beragam acara seremonialpun telah banyak dilakukan terutama di sekolah-sekolah, seperti : menggunakan kostum/seragam tertentu, mengadakan upacara bendera hingga melakukan pawai keliling desa/kota dengan menggunakan pakaian adat. Tak sedikit dari mereka yang sangat antusias mengikuti beragam acara yang diadakan di sekolah-sekolah mereka. Namun sangat disayangkan jika acara-acara tersebut hanya terbatas pada simbolik HARDIKNAS saja, dimana sebagai seorang yang menjunjung tinggi nilai-nilai pendidikan dengan maksud mencerdaskan anak bangsa tak mengerti esensi dari HARDIKNAS itu sendiri.

Benar memang jika tak sedikit anak bangsa yang telah menorehkan beragam prestasi brilliant ditingkat nasional maupun internasional, misalnya : juara olimpiade fisika tingka ASIA, juara olimpiade kimia tingkat ASEAN, juara catur tingkat ASIA dan sebagainya. Sudah seharusnya kita sebagai WNI untuk tetap mensupport dan mengapresiasi baik atas usaha yang dilakukan anak-anak bangsa tersebut. Namun disisi lain beragam aksi yang mengisyaratkan adanya dekadensi moral seperti aksi tawuran antar pelajar, peradaran narkoba dan seks bebas di wilayah akademispun tak asing didengar oleh telinga kita, bahkan grafiknya pun semakin meningkat. Lalu dimana sebenarnya urgensi dari filosofi pendidikan ?

Tak dapat dipungkiri jika minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya semakin tinggi, pemerintah pun 'katanya' dengan transparan memberikan bantuan untuk memfasilitasi bagi saiap-siapa yang berminat untuk bersekolah. Namun kenapa juga masih sering kita dengar tindakan kriminalitas yang dilakukan anak-anak yang notabene telah memperoleh pendidikan? Lalu sebenarnya pendidikan apa yang diperoleh anak-anak tersebut selama bersekolah? Disinilah memang esensi dari pendidikan yang seharusnya kita pahami.

Sekilas tentang pengamatan saya bahwa tak sedikit sekolah yang lebih mengutamakan untuk menanamkan cara berkognitif yang baik dibanding menanamkan sikap mental, cara beretika dan berperilaku yang baik kepada para siswanya. Mereka lebih berbangga hati jika ada siswanya yang menjadi juara cerdas cermat/pidato dibandingkan dengan siswanya yang beretika baik terhadap lingkungannya. Tidak ada maksud sedikitpun untuk memojokkan sekolah, karena sekolah hanyalah sebuah sarana atau media, hanya saja device /tool pada sekolah tersebut hendaknya untuk selalu diingatkan bahwa sistem pendidikan yang ada harus selalu dikaji ulang, penajaman otak kanan tak kalah penting dengan penajaman otak kiri, pemahaman etika, sopan santun dan sikap mental yang baik tak kalah penting dengan sekedar pintar dalam berhitung atau pintar dalam berbahasa asing, pengalokasian dana BOS dari pemerintah juga harus tepat sasaran sehingga tak ada dana-dana gaib lain yang di tujukan kepada siswanya. Harapan terbesar dari peringatan HARDIKNAS tersebut adalah agar Pendidikan Seramai Sekolahan.

Selasa, 19 April 2011

Membiasnya Semboyan Gemah Ripah Loh Jinawi

Ketenaran yang tengah melanda salah satu anggota kepolisian karena aksi lipsingnya yang terupload dalam situs YouTube, yaitu Briptu Norman, seolah memberikan celah kepada masyarakat untuk sedikit melupakan bahkan meng-absurdkan beberapa peristiwa yang sebenarnya jauh lebih penting untuk diperhatikan dibanding dengan terus mengagung-agungkan nama salah satu anggota kepolisian tersebut. Media yang terlalu melebih-lebihkan pemberitaan tentang artis dadakan tersebut telah membuat publik berlarut-larut dalam suasana ketenaran aksi seseorang yang bernama lengkap Norman Kamaru itu. Jika dicermati lebih jauh, tidak ada keuntugan apapun yang didapat oleh masyarakat dengan ketenarannya itu, aksi yang dilakukan tanpa unsur kesengajaan tersebut hanyalah menguntungkan pihak kepolisian itu sendiri untuk mengahsilkan sebuah "Pencitraan" serta menguntungkan beberapa media (dari sponsor) tanpa mempertimbangan efek berita bagi masyarakat.

Tanah air yang kita cintai ini sebenarnanya tengah mengalami kondisi kritis terkait dengan peristiwa yang selalu mementingkan perut pihak tertentu, diantaranya yakni rencana wakil rakyat (yang notabene selalu menyalurkan aspirasi dan membela rakyat) terkait dengan pembangunan gedung barunya, efek ACFTA pasar bebas yang jelas-jelas telah banyak merugikan rakyat kecil (masuknya barang-barang impor tanpa kendali dan kontrol dari pemerintah (terkecuali bahan pangan)) serta tertahannya saudara kita oleh perompak dari Somalia.

Jika di breakdown satu persatu, dimulai dari rencana Wakil rakyat mengenai pembangunan kantor barunya yang jelas menyedot banyak uang negara adalah rencana dengan mengedepankan nafsu belaka dan diiringi sikap apatisme mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat yang telah memberikan kepercayaan dan amanat kepada mereka demi kemakmuran dan kesejahteraan khalayak banyak, kemudian dengan pasar bebas ACFTA yang berdampak pada produk-produk impor sampai membanjiri setiap lini kehidupan hingga menyebabkan produk dalam negeri dihargai murah beredar dipasaran, petanipun menangis, pedagangpun menjerit dan masyarakatpun merasakan kesedihan yang tiada tara karena dampak pasar bebas tersebut. Lalu sikap pemerintah dalam rencana penanganan aksi perompak Somalia yang telah menyandera saudara kita, apakah akan bernegosiasi ataukah akan melakukan operasi militer. Dari sikap yang telah disampaikan mengenai pembajakan sebuah kapal MV Sinar Kudus dan penumpangnya menginterpretasikan bahwa Militer kita benar-benar dalam keadaan lemah dan bahkan bisa dikatakan tak berdaya, kenapa tidak, sebuah negara maritim yang notabene telah bergabung dibeberapa organisasi kenegaraan seperti ASEAN, PBB dan sebagainya terlintas untuk melakukan negoisasi dengan perompak, terkesan lucu memang, negara bernegoisasi dengan perompak, tidak menutup kemungkinan jika nantinya perampok bernegoisasi dengan Polisi, teroris dengan Densus 88 dan mungkin preman dengan militer. Ironis sekali melihat kredibilitas dari sebuah negara yang penuh dengan hal 'pencitraan'.

Disamping beberapa peristiwa tersebut, ada beberapa peristiwa menarik lainnya yang patut untuk terus kita awasi dan perhatikan bersama-sama, kasus century yang tak kunjung usai hingga berganti episode menjadi kasus sang milyuner dadakan yakni Melinda, aksi terorisme yang melakukan bom bunuh diri di sebuah masjid Mapolresta Cirebon dikarenakan menganggap Polisi adalah musuh dari tegaknya khilafiah atau aksi norak salah satu anggota DPR RI yang berasal dari partai yang notabene berazazkan islam dan tertangkap basah tengah menikmati video porno pada sidang paripurna.

Dengan adanya beberapa peristiwa yang tengah melanda nusantara kita ini, terkadang saya berfikir tentang sosok siapa lagi yang dapat menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya?? sosok mana lagi yang tidak sekedar mementingkan isi perut pribadi masing-masing?? sosok mana lagi yang tak sekedar mengumbar janji dan berprinsip Talk Less Do More.??? Membosankan memang jika setiap saat kita mendapati berita atau informasi tentang beberapa aksi konyol yang dilakukan oeh beberapa oknum yang selalu mengedepankan syahwatnya dibandingkan dengan prestasi baik yang telah dilakukan untuk masyarakat maupun negara. Dari beberapa peristiwa tersebutlah yang membuat publik semakin kehilangan trustmentnya kepada pemerintah, negarapun seolah mulai kehilangan jati dirinya, semboyan gemah ripah loh jinawipun pelan namun pasti mulai membias dikarenakan aksi konyol yang telah dilakukan segelintir orang atau kelompok yang tak memegang amanah.

Minggu, 20 Maret 2011

Pentingnya Prinsip Hidup Sammi'na Wa Atho'na

Aksi teror bom yang marak terjadi di Indonesia akhir-akhir ini telah menjadi pembicaraan dan debat kusir bagi semua orang, tak sekedar dikantor atau di perusahaan bahkan di sebuah warung kopi Ibu Lastri (warung kopi ramai pengunjung yang terletak di depan gudang bawang merah di kawasan Cirebon, Jawa barat), tak sedikit mereka yang membicarakan berita hangat yang kerap memenuhi berita di pertelevisian kita, mulai dari para kuli bongkar muat, kernet dan sopir truk, calo, supplier bawang merah dan bahkan para eksportir dan importir itu sendiri. Beragam pendapat keluar dari mulut mereka masing-masing dengan analisa permasalahan yang heterogen saat saya tengah menikmati segelas kopi hitam.

Pemberitaan aksi teror yang terkesan mendadak pasca isu buruk tentang Kepala Negara kita yang termaktub di Wikileaks membuat sebagian orang dengan mudahnya langsung membuat suatu konklusi bahwasanya itu semua hanyalah sebuah rekayasa dan sekedar untuk pengalihan perhatian publik, tidak mungkin sebuah Badan Intelegensi Negara tak sanggup mengungkap aksi teror beruntun tersebut dalam waktu tiga hari. Sebagian yang lain berpendapat bahwa aksi teror berupa paket buku itu dilakukan oleh para teroris dari kalangan Islam Garis keras, karena memang sasaran yang dituju adalah mereka yang memiliki paradigma dan ideologi yang berbeda dengan komunitas radikal tersebut.

Apapun motifnya, entah itu terkait dengan unsur ideologi ataupun politik, jelas-jelas aksi tersebut telah banyak merugikan banyak pihak, masyarakat dibuat cemas, takut dan was-was olehnya. Rasa aman, nyaman dan damai sedikit demi sedikit mulai terkikis karena aksi yang hanya mementingkan kepentingan pribadi tersebut. Kepercayaanpun mulai membias meskipun itu dengan para penegak hukum ataupun para aparatur pemerintah.

Terkait dengan itu semua, jika semua pihak memiliki prinsip hidup sammi'na wa atho'na (mau mendengarkan dan mentaati) peraturan yang telah ditetapkan dengan mendahulukan kepentingan bersama, maka aksi-aksi keji dan konyol itupun tak akan terjadi. Mendengarkan dan mentaati dalam konteks kalimat sammi'na wa atho'na pada dasarnya berdefinisi memahami dan mengimplementasikan atas apa yang telah dimufakati bersama, bukan mengimplementasikan nafsu untuk mengalahkan, nafsu untuk menghancurkan atau bahkan nafsu untuk memiliki (dalam konteks negatif). Penegak hukum berusaha untuk menjalankan aturan yang telah ditetapkan (bukan mengatakan : "Mau sidang atau Mau titip saya...."), Pegawai pajak melakukan audit yang sebenarnya (tidak mengatakan : " Jika saya mendapatkan fee, pajak saya turunkan jadi 50%), Pegawai pemerintah selalu mengingat sumpah dan janjinya saat akan diangkat, Pemimpin selalu mematuhi peraturan yang telah dibuatnya sendiri, tegas, tidak cengeng, tidak egois dan tidak plin-plan, Pedagang berusaha untuk mentaati aturan perdagangan, dan masyarakat juga mematuhi peraturan perundangan yang berlaku. Jika semua lapisan masyarakat memahami dan mengaplikasikan prinsip hidup sammi'na wa atho'na maka insya Allah Indonesia akan lebih baik, amiin....

Jumat, 11 Maret 2011

Tak Sekedar Expert, Maka Kreatiflah...

Hiruk pikuk para pelamar kerja yang terjadi di negara ini seolah telah menjadi tontonan masyarakat yang sangat umum, lebih dari 1000 mahasiswa tiap tahunnya diluluskan dari gelar kesarjanaannya atau diplomanya. Memang lowongan pekerjaan terdapat hampir disetiap perusahaan, bursa kerjapun dengan gencar diadakan, ada yang dengan sistem kontrak, outsourcing maupun langsung menjadi pegawai tetap. Namun jika membandingkan antara jumlah lowongan dan jumlah pelamarnya bisa dikatakan 1 banding 10 atau bahkan lebih, maka tidak sedikit pula dari mereka yang tidak segan-segan menggunakan jalan TOL guna menggilas para pesaing mereka demi mendapatkan pekerjaan yang menurut mereka menjanjikan.

Opini masyarakat pada umumnya mengatakan bahwa sudah seharusnya mereka yang telah menempuh studi ke perguruan tinggi untuk dapat bekerja dikantoran dengan ruangan ber AC dan berpenampilan rapi dan bersih. Opini tersebut jelas sangatlah keliru, mereka harus memahami esensi dari studi ke perguruan tinggi, yang sebenarnya adalah untuk menambah ilmu pemahaman dan pengalaman, memperbanyak relasi, memperkuat moralitas dan etika, serta mempertajam analisa untuk dapat mengambil suatu keputusan yang lebih baik. Sangat disayangkan sekali memang jika kaum intelek yang telah selesai menempuh studinya dengan mudah terbius oleh opini yang sangat keliru. Jika telah dapat memaknai esensi kuliah yang sangat substansial tersebut tentu menuntut ilmu tidak akan terlalu dikait-kaitkan dengan pekerjaan, bisa saja seorang mahasiswa lulusan teknik mesin memiliki pekerjaan sebagai kontraktor, mahasiswa lulusan teknik otomotif memiliki cv untuk pembuatan sistem komputer, mahasiswa lulusan komputer memiliki usaha di bidang agribisnis dan lain sebagainya.
Kreativitas adalah kunci yang sebenarnya harus dimiliki oleh setiap orang terutama mereka yang mengaku kaum intelektual, di perusahaan, instansi pemerintahan (mungkin) maupun dunia bisnis membutuhkan orang yang memiliki kreativitas yang tinggi. Menjadi seorang expert sekarang bukanlah sesuatu hal yang istimewa dan bisa dianggap biasa saja, namun yang sekarang dibutuhkan adalah menjadi seorang versatile.
Dengan kreativitas area dalam berkiprah bisa dikatakan nyaris tak terbatas. Dimana saja, kapan saja seseorang bisa mencipta peluang dan berkiprah. Tidak perlu menunggu lowongan pekerjaan yang sesuai dengan bidang dan jurusan sewaktu kuliah atau sekolah. Kalaupun telah bosan dengan lamaran untuk mencari pekerjaan yang berulang kali dikirimkan namun tak kunjung di tanggapi kenapa tidak mencoba untuk membuka lowongan pekerjaan saja?? Itulah kreativitas.

Memang Rasulullah mengingatkan pada kita untuk memberikan urusan pada ahlinya, karena jika tidak maka kehancuran telah menunggu, namun sebenarnya yang diinginkan Nabi justru agar kita sebagai umatnya harus memiliki kreativitas yang tinggi hingga menjadi seorang yang versatile. Nabi juga ingin menunjukkan kepada kita bahwa sebenarnya kita memiliki potensi yang luar biasa diluar jurusan yang selama ini ditekuni pada jenjang pendidikan. Jadi, yang terpenting sekarang adalah lakukan aktivitas yang positif untuk melahirkan suatu kreativitas agar dapat bermanfaat untuk kemaslahatan bersama.

Selasa, 22 Februari 2011

Indonesia Negara Demo

Indonesia adalah negara kepulauan yang indah dan dipisahkan oleh lebih dari seribu pulau, terdiri dari beragam suku, etnis, bahasa dan agama. Kaya akan budaya, adat istiadat, rempah-rempah bahkan sumberdaya alam yang notabene melimpah. Namun ketenaran mengenai kekayaan akan keragaman tersebut perlahan mulai mengikis dikarenakan beragam kecarutmarutan yang terjadi di negara yang konon menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi. Salah satu penyebab terjadinya kecarutmarutan tersebut adalah karena rasa ego yang terlalu besar untuk mengisi penuh perut-perut yang sebenarnya sudah gemuk dan kekurangtegasan para pemimpin kita dalam membuat suatu keputusan.

Beragam berita mengenai kacarutmarutan tersebut tak jarang kita dengar/lihat diberbagai media, hampir disetiap sektor pemerintahan telah menorehkan tinta merah dirapor mereka, mulai dari tindakan KKN, penyelundupan narkoba, penistaan agama, kasus susu formula, pemilihan pimpinan PSSI, kasus pengklaim'an kepemilikan pulau dan budaya, melonjaknya harga bahan pokok makanan dan sayuran dan lain sebagainya.

Jika pemerintah benar-benar ingin membela rakyatnya, tidak semestinya mereka akan tega melihat rakyatnya merasa ketakutan, sengsara ataupun didzalimi. Namun untuk sementara ini berdasarkan analisa saya usaha pemerintah untuk mewujudkan masyarakat yang hidup damai, tentram dan loh jinawi sangat belum maksimal. Mereka lebih memilih untuk mengisi perut-perut mereka dengan uang dan kekayaan yang entah datangnya dari mana. Memang tak jarang saya mendengar beragam pidato klasik dalam suatu forum yang selalu menggembar-gemborkan "Berantas Korupsi Sampai Ke Akar-akarnya", "Tindak Secepatnya Pelaku Penyiksaan Terhadap Para TKI", "Usut Tuntas Mafia Pajak", "Selesaikan Pemilihan Pimpinan PSSI Secara Demokratis" dan lain sebagainya, namun apakah itu semua diiringi dengan tindakan yang riil???? Ketika menelisik kebelakang tentang kasus Lapindo Brantas yang dilimpahkan dari kecerobohan perusahaan menjadi bencana negara, kasus Century yang entah kapan episodenya berakhir, TKI yang selalu dijadikan objek penyiksaan dan pelecehan seksual, Pengklaiman salah satu hak milik Nusantara oleh negera tetangga, kasus tutup mulut pemerintah terhadap merek dagang susu formula yang mengandung bakteri yang berbahaya, pemilihan pimpinan PSSI (mantan narapidana) yang rentan dengan tindakan suap menyuap dan lain sebagainya. Apakah itu semua belum cukup bukti untuk mengatakan bahwa itu semua hanyalah OMDO (OMong DOang) ????

Terkadang saya sendiri bingung dengan pemerintahan sekarang ini, mereka takut jika imagenya jelek, takut pada aksi demo, takut dengan beragam aksi-aksi ekstrem yang dilakukan oleh rakyatnya. Begitu ada demo baru diperhatikan, begitu ada aksi mogok makan atau jahit mulut baru menjadi perhatian, begitu ada tindakan anarkis baru diselesaikan. Apakah ini merupakan salah satu pendidikan/ pelajaran moral yang menurut mereka baik dari pemerintah kepada rakyatnya?? Kok mereka tidak takut dengan pertanggung jawaban dengan Tuhannya???
Ya itu semua hanyalah sebuah penilaian saya, saya bangga menjadi Warga Negara Indonesia namun saya ga terlalu bangga dengan pemerintahannya, lalu bagaimana menurut anda???

Senin, 14 Februari 2011

Muhasabah 1/4 Abad.....

Didalam derasnya air hujan yang mengguyur sebagian belahan bumiMu......
Dengan iringan gemuruh guntur dan kilatan petir......
Ku duduk sendiri termenung bermuhasabah atas apa yang telah kuperbuat.....
Selalu menimbang-nimbang antara mudharat dan manfaat......

Tak jarangnya aku telah mengkhianatiMu hingga membuatMu kecewa.....
Tak sedikit pula orang yang telah kusakiti dan kudzalimi hingga membuatnya merasa tersiksa....
Predikat berdosa, bersalah dan bodoh memang sudah selayaknya disematkan kepadaku....
Namun penyesalanpun telah aku rasakan saat semuanya telah berlalu.......

Tuhan......Betapa baiknya Engkau terhadapku......
Pengkhianatanku Kau balas dengan kasih sayang........
Kemunafikanku Kau balas dengan cinta....
Hingga sifat cuek bebekku Kau balas dengan beragam perhatian Darimu....

Seperempat abad sudah Kau telah mengutusku untuk mendiami dan menjaga bumiMu....
Seperempat abad sudah Kau telah mengutusku agar menjadi khalifah....
Seperempat abad pulalah Kau mengutusku agar mensyi'arkan ajaran islamMu.....
Namun kepercayaanMu terhadapku tak ku pegang seerat mungkin......

Aku tak tahu berapa jumlah dosa yang telah kuperbuat terhadapMu....
Aku juga tak bisa menghitung berapa jumlah kebaikan yang telah Kau curahkan kepadaku....
Betapa berat dan takutnya aku saat mengingat-ingat semuanya...
Hingga akupun tak kuasa membendug air mata.....

Tuhan.... Dengan keyakinanku atas salah satu namaMu yang maha pengampun.....
Aku tak ragu untuk selalu minta ampun terhadapMu....
Dengan sifat Arrahman dan ArrahiimMu lah aku masih diperkenankan untuk menghirup oksigenMu dengan Gratis.......
Lantunan Syukur semoga selalu terucap hanya untukMu........

Minggu, 30 Januari 2011

Enakan Jadi Koruptor Dibanding Maling Ayam

"Saya lebih percaya sama Gayus dibandingkan dengan para penegak hukum, buktinya Gayus ketika keluar negeri toh dia juga balik lagi ke tanah air...." Begitulah kira-kira gurauan dari rekan-rekan kerjaku di lapangan. Negara memang telah dibuat kacau, berita di media telah dibuat ramai, Presiden bahkan mengagendakan untuk membicarakannya, hampir setiap orang membicarakannya, beberapa orangpun ada yang mengutuknya, 'penegak hukum' telah diuji kapabilitasnya, siapa orangnya yang tak kenal dengan Gayus Tambunan, seorang koruptor yang dengan santainya tengah menjalani masa tahanan yang sungguh menyenangkan dan mengasikan, setidaknya dilihat dari kaca mata para maling jemuran dan ayam kampung.

Saat ini memang ketenaran Gayus melebihi ketenaran dari Anang-Syahrini ataupun Irfan Bachdim, nama dan kisah Gayuspun telah dijadikan sebuah lagu yang cukup easy listening, namun ketenaran mereka sangatlah bertolak belakang, Gayus telah tenar dengan aksinya yang bahkan seorang pengamen jalanan atau seorang berambut gimbal dengan menggunakan vespa bututpun telah mengutuknya, memaki-makinya, memberikan sumpah serapah atas apa yang telah dilakukannya. Apalagi kalau bukan ' mangan duit rakyat '(makan uang rakyat). Tak sedikit orang mengharapkan agar Gayus harus mengembalikan semua uang yang tidak berhak diambilnya ditambah >10 tahun masa tahanan namun tak jarang pula yang mengharapkan agar Gayus dihukum mati saja. Tetapi ternyata keputusan sidang berkata lain, Gayus hanya dikenai <10 masa tahanan ditambah dengan denda beberapa ratus juta saja, (Rp. 300 juta) apakah itu sebanding???? (I dont think so....).

Dari awal saya telah yakin bahwa kasus Gayus = kasus skandal Bank Century yang tak kunjung usai, namun ternyata keyakinan saya salah karena sidang telah ditetapkan untuk memberikan sanksi (ringan menurut hemat saya) kepada sang koruptor tersebut. Saat menjalani sidangnya, sang koruptor telah meminta kepada sang Presiden agar diangkat menjadi staff ahli Kepolisian dengan maksud mengungkap beberapa koruptor kelas kakap yang telah merampok uang rakyat, aneh memang.... Namun menurut analisa saya, seharusnya permintaan sang koruptor segera ditanggapi oleh sang Presiden dengan konsekuensi tertentu (misal jika berhasil Gayus diberi remisi/ pengurangan masa tahanan), toh itu juga merupakan salah satu visi misi Presiden (memberantas korupsi), jika akarnya dicabut otomatis batang, ranting dan daunnya juga tidak akan tumbuh. Tapi kenyataannya tak ada respon apapun dari siapapun (petinggi negara)..... Benar memang syair lagu yang mengisahkan Gayus.... 'Andai ku Gayus Tambunan, ku bisa pergi ke bali..... Enaknya jadi Gayus Tambunan....... sudah pemberian sanksinya ringan, sang koruptor kelas kakapnya pun tak terungkap, makin yakin saja saya kalau Gayus itu cuma pion nya saja. Anak gaul pun berkata "hufff.... negara-negara... Gayus-Gayus..... Capek deeeech...."

Minggu, 09 Januari 2011

Aku Senang Tuhan Telah Memberiku Kesulitan

Tidak setiap orang bisa menyadari akan hikmah dari setiap peristiwa walau saat mereka mengalami suatu problematika dalam hidup, namun lantunan Hamdallah semoga selalu terucap dari qalbu dan mulutku ini, mengapa tidak, aku yang baru saja berproses menyelesaikan penelitian untuk salah satu karya ilmiahku (tesis) telah menyadari benar akan kasih sayang Tuhan terhadap hambanya ini.

Setiap momentum yang telah aku lewati dan nikmati saat berproses menyelesaikan penelitian telah membuatku merasa lebih yakin akan perhatian Tuhan terhadapku, tiap kali aku dilanda kesulitan akupun berdo'a agar Tuhan memberiku kemudahan, kekuatan dan kesabaran, namun rupanya Tuhan tidak langsung memberiku kemudahan, kekuatan dan kesabaran, melainkan cobaan dan kesulitan yang lebih. Sempat sesekali akupun interupsi dalam hati, mengapa??? Rupanya akupun baru sadar kalau Tuhan memiliki maksud lain, Tuhan memberiku cobaan dan kesulitan lebih dengan maksud agar aku bisa menjadi lebih kuat dan sabar. Memang benar kata orang-orang bijak bahwa Tuhan tidak selalu memberikan apa yang kita minta, namun Tuhan selalu memberikan apa yang sebenarnya kita butuhkan, Subhanallah.

Akhirnya berkat kasih sayangNya yang berlimpah dan semangat juang yang menggebu aku dapat menyelesaikan penelitian untuk karya ilmiahku dan telah lolos dalam beberapa sidang ilmiah walau ada beberapa revisi yang harus aku perbaiki. Akupun berharap agar kelak aku lebih bisa memaknai akan setiap kesulitan yang menderaku hingga aku bisa menjadi seorang insan yang kuat dan sabar.