Senin, 17 Mei 2010

Musibah Atau Justru Nikmat DariNya??

Musibah merupakan suatu ujian atau cobaan dariNya dimana hal tersebut merupakan diluar batas kemampuan atau jangkauan manusia dan manusia tersebut tidak dapat mencegah, menyelesaikan dengan baik atau bahkan mengelaknya. Itulah mungkin definisi sederhana mengenai "Musibah" menurut penulis. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa dalam realita kehidupan tidak sedikit manusia yang dengan mudahnya mengatakan bahwa segala sesuatu yang menimpanya merupakan suatu musibah, termasuk yang telah dialami oleh salah satu rekanan saya.
Suatu hari rekanan saya, sebut saja bernama T, membeli salah satu mobil pribadi yang memang sebenarnya telah diincarnya sejak dahulu, namun ketika baru sekitar seminggu dibeli dan digunakan, hanya karena suspensi mobil tersebut terlalu keras dan ada sedikit masalah ('yang sebenarnya bukan suatu masalah') dengan warna mobil tersebut karena telah dilakukan pengecatan ulang walaupun telah dilegalisasi oleh SAMSAT dan bengkel pengecatan itu, tiba-tiba si empunya mobil langsung berniat ingin menjualnya kembali dan dengan entengnya mengatakan bahwa dia telah tertimpa "musibah" karena salah dalam membeli mobil. Sebenanya jika ditelisik lebih lanjut, tidak ada masalah serius dengan transaksi yang telah dilakukannya tersebut, baik dari kondisi fisik dan mesin mobil, surat-surat resmi (STNK dan BPKB) maupun dalam melakukan transaksi yang bersifat transparan. Disini saya mengamati bahwa dengan mengatakan hal tersebut adalah suatu 'musibah' tentunya secara otomatis akan mempengaruhi tingkat emosional dan psikologis si empunya hingga si empunya merasa resah, gelisah, gundah gulana hingga akhirnya hal tersebut dijadikan suatu permasalahan yang besar baginya, apalagi saat barang yang rencana akan dijualnya tersebut sepi peminat.
Sebagai seorang rekan saya telah berusaha mengatakan agar barang yang telah dibelinya tersebut lebih baik dinikmati terlebih dahulu sambil menunggu calon pembeli, namun mungkin karena rasa muak dan ego lebih mendominasi pikirannya maka barang yang telah dibelinya tersebut seolah diacuhkan dan hanya dibungkus dengan terpal didalam garasi. Dalam hal ini terang saja saya merasa iba dengan apa yang dialaminya, karena memang secara tidak langsung, lamban namun pasti hal tersebut akan menyakiti jiwa, hati dan pikirannya sendiri hingga akan menjadikan dirinya sebagai makhluk yang sombong, pemarah dan takabur.
Pada dasarnya semua yang menjadikan kita bahagia ataupun sengsara terletak pada mindset kita masing-masing, mindset sendiri akan mempengaruhi tingkat kejiwaan dan emosional yang sangat mendalam. Dengan mengatur otak kita agar bisa memberi impuls dan influence yang positif pada diri kita maka kitapun akan merasa bahagia dan tenang, demikian pula sebaliknya.
Syukur juga merupakan salah satu strategi dalam memberikan impuls positif bagi diri kita. Dengan bersyukur ketenangan, kedamaian, kesabaran dan keikhlasan dalam jiwa senantiasa akan terpupuk dengan baik.
Jadi pada intinya menurut saya, definisi suatu musibah bukan termasuk apa yang telah dialami dalam cerita diatas, karena justru apa yang telah dialaminya itu adalah suatu kenikmatan tersendiri dariNya, tinggal bagaimana kita mengatur mindset kita agar senantiasa kita bisa bahagia. Bagaimana menurut anda???

1 komentar:

  1. menurutku musibah itu malah enak loooh, tanpa musibah dunia seperti teh tanpa gula,
    kunjungi http://infodariilham.blogspot.com/

    BalasHapus