Selasa, 14 April 2009

Java Script dan Open Source

Javascript diperkenalkan pertama kali oleh Netscape pada tahun 1995. Pada awalnya bahasa yang sekarang disebut JavaScript ini dulunya dinamai “LiveScript” yang berfungsi sebagai bahasa sederhana untuk browser Netscape Navigator 2 yang sangat populer pada saat itu. Kemudian sejalan dengan giatnya kerjasama antara Netscape dan Sun (pengembang bahasa pemrograman “Java”) pada masa itu, maka Netscape memberikan nama “JavaScript” kepada bahasa tersebut pada tanggal 4 desember 1995. Pada saat yang bersamaan Microsoft sendiri mencoba untuk mengadaptasikan teknologi ini yang mereka sebut sebagai “Jscript” di browser milik mereka yaitu Internet Explorer 3.

JavaScript adalah bahasa pemrograman yang berbasis prototipe yang berjalan pada sisi klien yang khusus digunakan untuk halaman web agar halaman web menjadi lebih hidup. Kalau dilihat dari suku katanya, kata JavaScipt terdiri dari dua suku kata, yaitu Java dan Script. Java adalah Bahasa pemrograman berorientasi objek, sedangkan Script adalah serangkaian instruksi program. Secara fungsional, Javascript digunakan untuk menyediakan akses script pada objek yang dibenamkan ( embedded ).

Javascript dikembangkan secara terpisah, Javascript bersifat open language, yaitu dapat digunakan oleh siapapun tanpa harus membayar lisensi, sama halnya dengan open source, boleh digunakan secara gratis. Pengertian dari open source sendiri yaitu software yang kode programnya disediakan oleh pengembangnya untuk umum agar dapat dipelajari cara kerjanya, diubah atau dikembangkan lebih lanjut, dan disebarluaskan. Suatu program dengan lisensi Open Source berarti program tersebut membuka kode programnya bagi siapa saja yang ingin mempelajarinya, caranya dengan menyertakan kode program bersama dengan distribusi paket program yang sudah jadi (hasil kompilasi). Dengan penyertaan kode program tersebut, pembeli atau pengguna program dapat membedah program tersebut, melakukan modifikasi sesuai dengan kebutuhannya, bahkan memperbaiki -Bug- atau kesalahan logika dalam program tersebut.

Dari sisi bahasa, JavaScript adalah bahasa pemrograman, yang berorientasi obyek dan bersifat dinamis. Bahasa pemrograman dinamis seperti JavaScript, Perl, PHP, Python, dan Ruby awalnya didisain untuk skrip. Kini bahasa tersebut mengalami kenaikan popularitas. Banyak program yang tadinya ditulis dengan bahasa pemrograman statis seperti C, C++, Java kini ditulis dalam bahasa dinamis. Bahasa JavaScript memiliki kemiripan dengan bahasa pemrograman fungsional dengan fasilitas lambda, dan closures. JavaScript berbeda dengan Java, dan awalnya bukan dikembangkan Sun tapi oleh Netscape. Saat ini JavaScript telah distandardisasi oleh ECMA sebagai ECMAScript (ECMA-262).

JavaScript kini makin matang, popularitas AJAX (Asynchronous JavaScript and XML) menjadikan JavaScript seperti ditemukan kembali, dan dianggap bahasa serius. Salah satu faktor yang menarik JavaScript adalah sifat “viral”nya. Dan ini baik bagi mereka yang tertarik mempelajari. Dengan mudah orang dapat bisa melihat source code dari suatu aplikasi JavaScript. Sehingga seperti halnya HTML, hal itu menjadikan orang mudah mempelajari. Sekali lagi model Open Source menjadikan orang mudah untuk belajar. Teknologi yang terbuka akan mengakselerasi teknologi itu sendiri.

Satu hal yang perlu ditekankan adalah bahwa program / software yang Open Source tidak selalu tersedia secara gratis. Tetap ada biaya yang dikeluarkan untuk membeli program tersebut. Contoh, Sistem Operasi RedHat Linux, program Linuxnya tetap dibeli dengan harga yang murah. Perbedaannya dengan Close Source yaitu, pada program yang Closed Source, paket program tidak dapat didistribusikan lagi selain oleh pembuat / vendor program tersebut. Jika ada distribusi yang bukan oleh vendor program tersebut, maka itu dianggap sebagai pembajakan software. Atau dengan kata lain program yang Closed Source tidak dapat didistribusikan secara bebas, kecuali oleh vendor program tersebut. Sedangkan software yang Open Source, dapat didistribusikan secara bebas oleh siapapun. Paket program juga dapat digandakan secara bebas.

Tujuan Open Source sebenarnya ingin menghilangkan ketergantungan terhadap vendor program, dimana vendor bisa saja bertindak seenaknya. Dalam program yang Closed Source vendor bisa saja menyisipkan kode - kode yang mungkin dapat membahayakan pengguna program, dan menghilangkan privasi pengguna. Selain itu, Open Source juga bertujuan menyediakan software yang mudah dijangkau oleh masyarakat luas, dan menghindari pengerukan keuntungan yang berlebihan oleh vendor. Esensi dari Open Source sendiri sebenarnya untuk meningkatkan budaya saling berbagi, dalam artian untuk saling berbagi ilmu dan pengetahuan untuk kemajuan bersama.

Perbedaan antara Free software dengan Open source antara lain :

Open Source

Free Software

Tujuan Utama

Kesempurnaan Aplikasi

Kesempurnaan bukan merupakan prioritas,kemerdekaan pengguna yang utama

Aplikasi Turunan

Diijinkan untuk menjadi close source

Harus sama dengan pendahulunya Source harus tetap free.

Dari tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa Free sudah tentu Open, tetapi Open Source belum tentu Free Software. Tetapi sebenarnya Free Software pun dapat diperjual belikan (dikomersilkan) dengan catatan Source-nya harus disertakan.

Berdasarkan uraian diatas juga dapat disimpulkan bahwa masa depan untuk JavaScript mempunyai prospek yang baik, menurut Gartner (analis pasar luar negeri) menyatakan bahwa 85% perusahaan di Asia Pasifik, Eropa dan Amerika Serikat telah menggunakan Open Source (termasuk JavaScript) dan 15% akan beralih mulai menggunakan OpenSource di tahun ini, dengan alasan murah dan tidak bergantung pada satu platform atau satu vendor saja. Bahkan menurut Bob Sutor dari IBM menyatakan bahwa masa depan adalah milik OpenSource. Sun yang merupakan perusahaan komersial saja sedari tahun 2007 telah melisensikan Javanya dengan GPL 2, menjadikannya free software dan hasilnya revenue sun meningkat, popularitas java makin meningkat dikalangan developer, bebas untuk diimplementasikan dimana saja tanpa perlu membayarkan lisensi ke sun. Sun memperoleh revenue dari support dan produk turunan yang mereka jual ke developer dan konsumen.

Begitu juga di Indonesia, pemerintahan Indonesia juga mendukung untuk selalu menggunakan dan mengembangkan OpenSource, pemerintah juga telah membentuk suatu program/gerakan dengan nama IGOS yang merupakan sebuah semangat gerakan untuk meningkatkan penggunaan dan pengembangan perangkat lunak sumber terbuka ( Open Source Software ), di Indonesia. IGOS dideklarasikan pada 30 Juni 2004 oleh 5 kementerian, yaitu :

  1. Kementerian Negara Riset dan Teknologi (Menristek),
  2. Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo),
  3. Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia (Depkumham),
  4. Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara,
  5. dan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas).

Gerakan ini melibatkan seluruh stakeholder TI (akademisi, sektor bisnis, instansi pemerintah, dan masyarakat) yang dimulai dengan program untuk menggunakan perangkat lunak sumber terbuka di lingkungan instansi pemerintah.Dan saat ini beberapa instansi pemerintah dan pemerintah daerah (pemda) sudah menjajaki penggunaan open source pada komputer-komputer mereka. "Depaertemen Sosial, Mahkamah Konstitusi , Komisi Pemberantasan Korupsi, Pemda Aceh, Sragen, Malang, dan Pemda Kebumen sudah mulai menggunakan open source. Bahkan dengan gerakan tersebut para pengembang OpenSource sudah memiliki distro Linux yaitu BlankOn dan telah banyak mengembangkan program-program, dari open office, program untuk perbankan, hingga program untuk rumah sakit (yang OpenSource tentunya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar