Jumat, 08 Mei 2009

mau kuliah di kedokteran memang ribet n mahal part II

Saat itu jam menunjukkan pukul 13.00 WIB aku pun baru masuk ke kos, dan Alhamdulillah segala apa yang telah di amanahkan ibuku telah aku lakukan. Kira-kira 10 menit kemudian ibuku kembali menelponku dan memberi kabar kalau nanti sekitar pukul 14.00 WIB, beliau langsung meluncur menuju ke Semarang bersama adikku dan om ku dengan menggunakan mobil beliau. Aku sangat memaklumi kalau pada saat itu bapakku tidak bisa menemani adikku dikarenakan kesibukkan beliau,setelah selesai menelponku akupun langsung siap-siap untu menyambut kedatangan mereka, yaitu dengan bersih-bersih kos dan kamar tidur. Singkat cerita ibuku menelponku lagi pada pukul 18.30 WIB, beliau memberi kabar kalau beliau menginginkan aku untuk menemui beliau didekat stasiun poncol kurang lebih 30 menit lagi, karena pada saat itu perjalanan sudah hampir memasuki Semarang. Dengan rasa penasaran akupun menanyakan ke beliau, mengapa beliau menghendaki untuk ketemuan di sekitar stasiun poncol, ternyata beliau menghendaki aku untuk mengantarkannya ke rumah rekanan beliau yang ada di Jln. Petek, rekanan beliau itu adalah salah satu staff pengajar di PTS yang diincar ibuku agar adikku bias kuliah disana.
Tak lama kemudian, akupun bersiap-siap dan meminta salah satu temen kosku untuk mengantarkanku ke sekitar stasiun poncol, sesampainya disana kurang lebih 5 menit kemudian mobil yang di kendarai om ku itu tiba, akupun bergegas masuk ke mobil sambil mengucapkan terima kasih kepada temen kosku itu. Setelah ngobrol-ngobrol didalam mobil dengan ibu, adik dan om ku tak terasa akhirnya tiba juga di rumah rekanan ibu itu (sebut saja namanya pak NY), Pak NY memang salah satu staff pengajar di PTS tersebut, tetapi beliau mengajar di fakultas hukum. Hampir kurang lebih 15 menitan kami ngobrol-ngobrol bersama pak NY, akhirnya ibuku mengutarakan maksud dan tujuannya yang sebenarnya, diamping memang untuk menjalin sillaturrahim, beliau juga menginginkan agar pak NY ini dapat membantu adikku agar bisa masuk ke PTS tersebut (sejenak aku termenung, kok sampai seribet ini, memang sulit banget ya untuk bisa masuk ke jurusan dokter umum di PTS tersebut).
Dan setelah ibuku menjeaskan maksud dan tujuannya tersebut, akhirnya pak NY ini menyarankan agar adikku mengerjakan soal-soal ujian tahun lalu untuk masuk ke PTS tersebut pada saat itu juga. Sebenarnya dalama hati kecil ini aku menolak saran yang telah disampaikan pak NY tersebut, kenapa tidak adikku yang pada saat itu baru saja melakukan perjalanan yang cukup jauh, capek karena abis mengikuti ujian praktek di sekolahnya, lapar karena memang belum makan malam dan tempat yang kurang kondusif untuk mengerjakan soal-soal yang berjumlah 100 soal tersebut karena dikerjakan diruang tamu yang dikeliingi oleh aku, omku, ibuku dan pak NY yang sedang asik mengobrol jelas akan membuat adikku tidak konsen dalam mengerjakan soal-soal ujian tersebut. Tapi mau bagaimana lagi memang pada saat itu waktu yang digunakan untuk belajar sebelum menghadapi ujian besok tinggal pada malam itu. Lama setelah mengerjakan soal-soal tersebut akhirnya hasilnya dikoreksi, dan hasilnya hanya 50%nya adikku bisa menjawab dengan benar, akupun sangat memaklumi dengan hasil yang minim tersebut, karena dengan pesiapan yang minim juga. Dan pak NY pun menganjurkan agar soal-soalnya dibawa dan dipelajari pada malam ini juga, setelah cukup berbasa-basi kami pun akhirnya pamit untuk pulang.
Dalam perjalanan akupun bicara ke adikku kalau malam ini tidak usah mikir soal-soal itu, lebih baik setelah makan nanti langsung tidur dan besok shubuh baru untuk mempelajari soal-soal tersebut, adikku dan ibuku pun mengiyakan saran dari aku. Jam menunjukkan pukul 22.00 WIB setelah kami selesai makan dan kamipun langsung bergegas ke kosku untuk istirahat. Sesamapainya disana setelah sholat isya adikku pun langsung merebahkan badan diatas kasur dan tak lama kemudian diapun tertidur, dan kamipun menyusulnya untuk merehatkan pikiran, fisik dan mata ini agar tertidur dengan nyenyak.
Setelah pukul 05.00WIB akupun terbangun untuk mengerjakan kewajibanku sebagai seorang muslim, dan ketika aku baru selesai mengerjakan kewajibanku itu akupun menengok ke kamar yang ditiduri adikku dan ibuku, ternyata adikku sedang belajar dan ibuku sedang telpon pada saat itu. Dengan langkah yang lemas akupun langsung balik menuju tikar dimana aku tidur untuk melanjutkan tidurku itu. Kira-kira 3 jam kemudian akupun dibangunkan oleh ibuku untuk beli sarapan, dan akupun bergegas untuk mandi dan setelah selesai mandi aku langsung membelikan mereka sarapan. Selesainya sarapan kamipun bersaiap-siap untuk menuju ke PTS tersebut. Setelah semuanya telah dipersiapkan kamipun akhirnya langsung menuju ke PTS tersebut untuk mengantarkan adikku mengikuti ujian calon penerimaan mahasiswa baru.
Sesampainya disana kami langsung menuju stand pendaftaran untuk menyerahkan semua berkas yang dibutuhkan untuk dapat mengikuti ujian tersebut. Setelah semua berkas diserahkan akhirnya adikkupun langsung mengikuti ujian. Disela-sela menunggu adikku sedang ujian akupun akhirnya berusaha menyibukkan diri dengan mengajak ngobrol ibu-ibu yang duduk disampingku, diantara mereka ada yang jauh-jauh datang dari kepulauan Riau, ada yang dari Gresik dan yang satunya dari Semarang. Mereka juga sedang menunggu anak mereka yang sedang mengikuti ujian, dan kebetulan sekali anak mereka juga daftar di jurusan dokter umum. Kamipun akhirnya asik mengobrol sampai membicarakan tentang mahalnya biaya pendidikan sekarang, yang pada akhirnya salah seorang diantara mereka mengatakan bahwa anak beliau itu dulu mengikuti UM di salah satu PTN di Semarang dan mengambil jurusan dokter umum, beliau memasang tarif hingga Rp.250 juta, dengan nada suara yang terdengar kesal, beliau pun mengatakan kalau anak beliau tidak lulus seleksi, padahal menurut pengakuan beliau ada teman dari anak beliau yang prestasinya dibawah anak beliau, tetapi lulus ujian. Dengan rasa penasaran beliaupun mulai mencari informasi dan ternyata teman dari anak beliau itu adalah anak dari salah satu staff pengajar di PTN tersebut yang memasang tarif hingga Rp. 300 juta. Dengan keberaniannya tersebut beliaupun akhirnya memberanikan diri untuk menghadap rektor, dan sungguh sangat tragis jawaban dari rektor tersebut, beliau mengatakan bahwa “ jika anak ibu mau diterima di UM ini silahkan ibu menyumbang biaya sumbangan akademis tersebut sebesar 1 milyar”. Itulah salah satu alasan kenapa akhirnya anak beliau di daftarkan ke PTS ini. Sungguh besar sekali memang biaya pendidikan sekarang ini, dan dimana esensi dari “mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Setelah kami selasai berbincang-bincang adikkupun akhirnya keluar dari ruang ujian dengan ditemani pak NY, akupun akhirnya langsung menghampiri adikku tersebut dan menanyakan tentang ujiannya tadi. Dan adikkupun menjawab kalau ujiannya tadi memang cukup sulit, tetapi ibukupun berusaha meminta bantuan ke pak NY agar bisa dipermudah untuk dapat lolos ujian. Dan pak NY pun mengatakan insya Allah akan mengusahakannya. Setelah cukup lama kami menunggu pengumuman hasil ujian akhirnya kurang lebih pukul 14.00 WIB dari panitia mengumumkan bahwa diantara 5 dari peserta ujian tadi tidak ada yang lulus. Seperti disambar halilintar rasanya ketika mendengarkan pengumuman dari penitia pendaftaran tadi, tapi mau bagaimana lagi memang seperti itulah hasilnya. Namun setelah pengumuman tersebut, pihak panitia memberikan pilihan bagi peserta yang tidak lolos ujian agar menempuh jalur khusus dengan membayar sumbangan sebanyak Rp. 150 juta tetapi dengan syarat nilai tiga mata pelajaran yang ada di rapor itu minimal rata-ratanya adalah 7 terdiri dari fisika, biologi dan kimia. Setelah mendengarkan opsi dari pihak panitia tersebut akupun langsung mengecek nilai pada rapor yang disyaratkan panitia tersebut, tetapi hampir tidak percaya ternyata adikku itu hanya mempunyai rata-rata nilai 6,6. Akhirnya om ku dan ibuku pun langsung menghampiri pak NY untuk meminta bantuan kepada beliau, namun beliaupun pasrah.
Melihat kondisi seperti ini ibukupun panik, resah dan hampir meluap kemarahannya, tetapi akupun berusaha untuk menenangkan beliau, dan akhirnya akupun teringat pada temenku Jo yang mengatakan kalau dia bisa memasukkan adikku lewat jalur khusus lagi dengan selisih harga 15-20 juta lebih mahal dibandingkan dengan jalur khusus yang ditawarkan pihak panitia. Akupun langsung menghubungi dia by phone untuk menemuiku di kampus, dan tak lama kemudia diapun mendatangiku. Setelah mengajaknya salaman dan sedikit basa-basi aku langsung menjelaskan kepada dia apa yang telah terjadi pada ujian adikku tadi. Diapun langsung memberikan pilihan bahwa dia mempunyai teman dalam suatu kelompok (sebut saja agen) yang biasa memasukkan calon mahasiswa dengan jalur super khusus itu, karena mereka akrab dengan pembantu rektor. Diapun mengatakan bahwa biasanya ketika berhasil mereka itu minta imbalan kurang lebih sebanyak Rp. 2jt-4jt. Akupun langsung menjelaskan tentang apa yang ditawarkan oleh temenku itu kepada ibuku, dan kamipun akhirnya langsung menggelar rapat kecil dengan peserta aku, temenku Jo, ibuku dan omku yang akhirnya memutuskan untuk menyerahkan semuanya ke temenku Jo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar