Jumat, 08 Mei 2009

mau kuliah dikedokteran memang ribet n mahal part I

Pada tanggal 22 April, kurang lebih jam 08.00 WIB handphoneku berdering kencang, langsung dengan segera aku terbangun untuk secepatnya menjawab panggilan masuk tersebut (maklum karena malamnya bergadang, jadi setelah sholat shubuh aku langsung melanjutkan tidurku dan mengabaikain rutinitasku setiap pagi yaitu jogging ), dan ternyata itu adalah panggilan dari bundaku tersayang, beliau menanyakan mengenai informasi pendaftaran mahasiswa baru jurusan kedokteran di salah satu Universitas swasta yang ada di kota Semarang yang diperuntukkan untuk adikku yang baru saja menerima pengumuman tidak lulus dalam mengikuti UM di dua Universitas Negeri yang ada di Jawa Tengah dengan jurusan kedokteran. Memang ibu saya sangat menghendaki kalau adik saya itu masuk ke kedokteran, disamping dengan alasan agar adik saya sukses di kemudian hari juga agar dalam keluarga kecil kami setiap person-nya mempunyai keahlian sendiri-sendiri, saya dengan latar belakang pendidikan komputer, bapak = pertanian, ibu = ekonomi dan harapannya adik saya memiliki latar belakang pendidikan kedokteran. Jadi dengan latar belakang pendidikan yang sangat variatif ini diharapkan agar kita saling melengkapi dan saling berbagi ilmu.

Tetapi sungguh kecewa ibuku ketika mendengar jawaban dari aku kalau aku belum mencari dan mendapatkan informasi apapun mengenai pendaftaran di perguruan tinggi swasta yang dimaksudkan ibuku itu. Namun aku punya alasan yang cukup jelas karena disamping aku sibuk mengerjakan tugas dari kampusku, juga aku berfikir toh masih lama dan saya pikir penerimaan mahasiswa baru ini baru memasuki gelombang pertama, jadi buat apa tergesa-gesa. Tetapi ketika aku mengutarakan alasanku itu kepada beliau, beliau langsung kecewa dan mengakhiri pembicaraan dengan mengucapkan salam. Sejenak aku berpikir bahwa sungguh bodoh sekali aku ini kok sampai-sampai membuat ibu yang sangat aku sayangi ini kecewa. Dengan sigap aku langsung berdiri dan mandi untuk sesegera mungkin pergi ke PTS tersebut.Baru saja aku selesai mandi bunyi sms terdengar dari handphoneku, setelah aku buka dan baca ternyata dari ibuku, di sms tersebut beliau mengatakan “ Mas, kalau memang sibuk mending ga usah dipaksakan, kapan-kapan saja”, tetapi dengan penuh semangat dan dengan maksud untuk tidak mengecewakan ibuku langsung sms tersebut aku jawab kalau aku ini sedang siap-siap untuk segera ke PTS tersebut. Ibuku pun langsung menjawab smsku tersebut “ Ya udah hati-hati, Terima kasih ya... Kalau ada info tolong langsung hubungi saya”.

Dengan bacaan Basmalah aku langsung meluncur menuju ke PTS tersebut yang berjarak kurang lebih 8km dari kosku, sesampainya disana aku langsung menuju ke stand pendaftaran untuk mencari informasi mengenai penerimaan mahasiswa baru khususnya fakultas kedokteran dengan jurusan dokter umum. Baru saja aku melangkahkan kaki untuk masuk ke salah satu ruangan bagian informasi tersebut, aku langsung ingat kalau temen SMA ku dulu ada yang kuliah di kampus ini dengan jurusan kedokteran. Akhirnya sebelum aku nanya-nanya ke bagian informasi, aku sempatkan dulu untuk menelpon dia, untuk aku ajak ketemuan, karena disamping kangen aku juga pengen cari info mengenai perkuliahan dikampusnya. Dan setelah kurang lebih 1 menitan aku basa-basi by phone sama dia, langsung saja aku kasih info kalau sekarang aku lagi di kampus dia n aku ajak ketemuan, tetapi sayang sekali dia sedang ada perkuliahan jadi kita belum bisa ketemu, hanya saja sebelum aku mengakhiri pembicaraanku sama dia aku mengutarakan maksud dan tujuanku datang kekampus dia, dan dia pun langsung meresponnya dengan baik dan langsung menyuruhku untuk sesegera mungkin membeli formulir pendaftaran, dengan alasan kuota yang terbatas.

Tak lama kemudian setelah aku mengakhiri pembicaraan by-phone sama temenku itu, (sebut saja namanya ‘Jo’) , aku langsung bergegas menuju ruangan yang dijadikan stand informasi dan tempat pendaftaran. Setelah aku masuk ruangan tersebut, petugas pendaftaran itupun langsung memberikan senyuman kepadaku dan menyapaku serta mempersilahkan aku untuk duduk. Setelah itu akupun langsung mengajaknya bersalaman dan langsung duduk dan tak lama kemudian akupun langsung mengajukan beberapa pertanyaan mengenai prosedur untuk mendaftar di PTS tersebut dengan jurusan dokter umum. Dengan intonasi yang teratur serta perkataan yang jelas, dia pun menjelaskan apa yang telah aku tanyakan satu per satu. Diantaranya bahwa daya tampung untuk jurusan dokter umum itu hanya 240 orang dan untuk saat ini yang telah mendaftar, lulus ujian dan melakukan registrasi sudah ada 200 orang, dan memang untuk jurusan ini tidak menggunakan sistem gelombang, setelah memenuhi kuota pendaftaran langsung ditutup, sumbangan untuk kampus (uang gedung) tergantung dari nilai ujian, jika nilai ujiannya jelek maka dikenakan biaya Rp.135 juta, tetapi jika nilai ujiannya baik maka hanya dikenakan biaya Rp.110 juta, adapun untuk biaya persemester sebesar Rp. 11.450.000. Sejenak aku terdiam mendengar biaya perkuliahan jurusan kedokteran di PTS tersebut. Dan dia pun mengatakan bahwa setelah melakukan pendaftaran, calon mahasiswa dianjurkan untuk langsung mengikuti ujian.

Setelah lama aku berbincang-bincang untuk mendapatkan informasi yang valid itu, aku pun langsung permisi untuk memberi informasi ke bundaku tersayang, akhirnya setelah aku menelpon beliau, beliaupun langsung memutuskan agar aku langsung membeli formulir pendaftaran tersebut yang bertarif Rp.250.000,-, beliau juga mengatakan “Tolong kamu minta dispensasi kepada pihak kampus, agar adikmu bisa mengikuti ujian besok, karena adikmu ini sedang ujian praktek di sekolahnya, besokpun memang masih ada ujian praktek tetapi agama, nanti saya coba untuk memintakan ijin ke sekolahnya agar bisa mengikuti ujian di PTS tersebut besok”. Akupun langsung bergegas menuju ke stand pendaftaran tersebut untuk membeli formulir pendaftaran itu serta memintakan dispensasi agar adikku bisa mengikuti ujian besok, dan Alhamdulillah pihak kampus pun langsung menyetujuinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar